Sekolah Berbisnis Seragam

Praktik Sekolah Berbisnis Seragam di Tulungagung Sudah Bertahun-tahun, Untungnya Ratusan Juta Rupiah

Praktik sekolah berbisnis seragam di Tulungagung disebut sudah berlangsung bertahun-tahun, bahkan keuntungannya mencapai ratusan juta rupiah

|
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Seragam siswi baru SMAN 1 Kedungwaru yang selesai dikerjakan penjahit. 

Pihak kepala sekolah ada yang mengelak, pengadaan itu dilakukan oleh koperasi.

Alasan ini bisa dipatahkan dengan menanyakan sumber dana yang dipakai oleh koperasi.

Sebab kain untuk seragam ini jenisnya banyak dan butuh dana besar seandainya pengadaan dilakukan koperasi.

“Realitanya memang kain itu dikirim gelondongan dari provinsi. Tidak ada yang beli sendiri di Tulungagung,” ujar JG.

Untung Ratusan Juta

Sementara itu, Tribunmataraman.com sempat mencari contoh kain yang sama ke sejumlah penjual kain.

Namun tidak ada yang tahu pasti jenis kain yang dijual lewat sekolah-sekolah ini.

Salah satu merek yang mendekati kain itu adalah Toyobo.

Namun setelah dicocokkan, kualitas kain dari sekolah masih di bawah Toyobo.

“Kainnya sedikit lebih tipis dari Toyobo. Toyobo juga lebih dingin,” ucap Mbah, nama panggilan, seorang pemilik usaha konveksi yang dimintai tolong Tribunmataraman mengidentifikasi jenis kain.

Berpatokan pada harga kain Toyobo, Mbah menaksir harga kain dari sekolah tidak lebih dari  Rp 20.000 per meter.

Untuk satu baju atasan diperlukan kain sepanjang 1,5 meter, sehingga ketemu harga Rp 30.000.

Dalam paket seragam ada 4 setel, yaitu putih abu-abu, pramuka, seragam khas dan batik, hingga totalnya Rp 120.000.

Sedangkan untuk bawahan, Mbah memperkirakan harganya Rp 38.000 per meter, untuk jenis kain Nagata.

“Kain bawahan lebih tebal, jadi harganya agak lebih mahal,” katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved