Kisah Inspiratif

Kisah Petani Gen-Z dari Lamongan: Pilih Jalan Sepi Demi Masa Depan dan Ketahanan Pangan

Kisah Wajid Akbar Musyafa Petani Gen Z asal Kediren Kalitengah Lamongan, Menjadi Sosok Membanggakan Orangtua dan Pahlawan Ketahanan Pangan

Penulis: Farid Mukarom | Editor: faridmukarrom
Farid Mukarrom/Tribunmataraman.com
PETANI GEN Z: Wajid Akbar Musyafa Petani Gen Z asal Kediren Kalitengah Lamongan, Menjadi Sosok Membanggakan Orangtua dan Pahlawan Ketahanan Pangan 

Akan tetapi beruntungnya hal itu tak terjadi kepada Akbar putranya.

“Anak sekarang banyak yang lebih suka main game dan menghabiskan waktu dengan hal-hal instan, tapi Akbar berbeda. Dia punya semangat yang jarang ditemukan di anak-anak muda sekarang,” ujar Saiful.

Baginya, Akbar adalah contoh nyata bahwa pemuda yang mau bekerja keras sejak dini akan membawa kebahagiaan. Bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi keluarganya.

Dengan dedikasi dan kerja kerasnya, Akbar menjadi inspirasi bagi warga desa Kediren.
Ia menunjukkan bahwa hidup sederhana namun penuh makna lebih berharga daripada mengejar kilauan instan yang sering kali menipu.

Dukungan Pemerintah

Sementara itu kabar menggembirakan datang bagi para petani milenial di seluruh Indonesia, termasuk Jawa Timur.

Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengambil langkah proaktif dengan menerapkan berbagai kebijakan strategis untuk mendorong terciptanya ketahanan pangan yang kuat dan mandiri di Indonesia.

Hal ini disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Amran saat menjadi narasumber dalam Talkshow HUT-35 Harian Surya (Grup Tribunmataraman.com Network).

Mentan Amran memaparkan berbagai upaya konkret yang telah dan akan dilakukan Kementan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Salah satu fokus utama adalah dukungan penuh terhadap keberadaan petani milenial dan Gen-Z yang dianggap sebagai motor penggerak masa depan sektor pertanian.

“Saat melibatkan para milenial dan Gen-Z, hal pertama yang kami tekankan adalah bahwa menjadi petani harus lebih menguntungkan dibandingkan bekerja sebagai pegawai biasa. Jika tidak, ini bisa menjadi kendala besar,” ujar Amran Sulaiman tegas.

Mentan menekankan bahwa idealnya, seorang petani milenial/Gen-z harus mampu meraih pendapatan minimal sebesar Rp10 juta per bulan.

Untuk mencapai target tersebut, Kementan telah mengusulkan model kerja kolaboratif, di mana satu kelompok yang terdiri dari 15 petani muda akan mengelola lahan seluas 200 hektare.

“Dengan skema ini, saya yakin kita dapat menarik minat generasi milenial untuk terjun ke dunia pertanian. Tanpa keuntungan yang memadai, kebijakan ini pasti tidak akan berhasil,” lanjutnya.

Amran menegaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan komitmen Kementan untuk menciptakan ekosistem pertanian yang menguntungkan bagi para petani.

“Bapak Presiden sendiri telah menginstruksikan agar semua regulasi yang berbelit-belit segera disederhanakan,” tambahnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved