Kisah Inspiratif

Kisah Petani Gen-Z dari Lamongan: Pilih Jalan Sepi Demi Masa Depan dan Ketahanan Pangan

Kisah Wajid Akbar Musyafa Petani Gen Z asal Kediren Kalitengah Lamongan, Menjadi Sosok Membanggakan Orangtua dan Pahlawan Ketahanan Pangan

Penulis: Farid Mukarom | Editor: faridmukarrom
Farid Mukarrom/Tribunmataraman.com
PETANI GEN Z: Wajid Akbar Musyafa Petani Gen Z asal Kediren Kalitengah Lamongan, Menjadi Sosok Membanggakan Orangtua dan Pahlawan Ketahanan Pangan 

“Hasil panen kebanyakan dijual ke pengepul. Sebagian dari hasil penjualan itu dibagikan ke saudara-saudara sebagai bentuk gotong-royong dan rasa syukur, sisanya saya tabung,”  katanya.

Namun, ada kalanya Akbar memutuskan untuk memproses hasil panennya lebih lanjut.

Ia dan keluarganya mengeringkan gabah secara mandiri agar bisa dijual dalam bentuk beras, yang sering kali memberikan nilai tambah.

"Tergantung kondisi dan tenaga. Kalau Ayah dan Mas (Kakak kandung, red)  sedang punya waktu luang, kami bersama-sama mengeringkan gabah," tuturnya.

Proses pengeringan gabah ini membutuhkan waktu sekitar 4-5 hari.

Dalam puncak musim kemarau, proses tersebut bisa berlangsung lebih cepat karena terik matahari membantu mempercepat pengeringan. Namun, Akbar sadar bahwa musim tak selalu bersahabat.

"Sekarang sudah mulai masuk musim hujan, jadi lebih praktis jika langsung dijual ke pengepul," ucapnya.

Tak hanya padi, Akbar juga mencoba diversifikasi dengan menanam jagung dan kacang panjang di lahan milik kakaknya. 

Baginya, bertani adalah kegiatan yang menyenangkan, meski melelahkan. Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat tanaman yang ia rawat dengan penuh kasih sayang tumbuh subur.

Selain menggarap sawah, Akbar juga memelihara ayam sebagai tambahan penghasilan.

“Kalau ayam biasanya beli masih anakan, kalau sudah besar dijual. Sama juga telurnya,” katanya.

"Biasanya kalau bertani yang paling melelahkan adalah jelang panen. Karena kita harus tunggu sawah biar padinya tidak dimakan burung. Tapi sebelum itu, waktunya longgar. Jadinya saya memelihara ayam," lanjut Akbar menjelaskan.

Dengan semua yang dia kerjakan itu, Akbar mengakui, untuk urusan pangan sehari-hari, setidaknya keluarganya tak akan kekurangan.

Kebanggaan Orangtua

Terjunnya Akbar di sektor pertanian tak lepas dari peran sang ayah, Saiful Amin.

Saiful memahami bagaimana beratnya bertani di era modern ini. Terutama banyak generasi z yang menolak jadi petani.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved