Kisah Inspiratif
Kisah Petani Gen-Z dari Lamongan: Pilih Jalan Sepi Demi Masa Depan dan Ketahanan Pangan
Kisah Wajid Akbar Musyafa Petani Gen Z asal Kediren Kalitengah Lamongan, Menjadi Sosok Membanggakan Orangtua dan Pahlawan Ketahanan Pangan
Penulis: Farid Mukarom | Editor: faridmukarrom
Saat kebanyakan anak muda seusianya lebih suka mengejar karir yang dianggap mentereng, Wajid Akbar Musyafa' (19) lebih memilih berkubang lumpur dan menjadi petani. Pekerjaan yang menurutnya masih sangat menjanjikan.
TRIBUNMATARAMAN.COM | LAMONGAN – Dengan caping gunung di kepala, Akbar berusaha menghalau sinar matahari yang siang itu sangat terik, Sabtu (25/10/2025). Kendati udara terasa sangat lembab, Akbar tampak tak terganggu. Dengan sabar dia berjalan menyusuri pematang sawah sambil mengoperasikan mesin penyemprot hama padi awah. Di usianya yang masih berusia 19 tahun, Akbar terlihat sangat terampil menjalankan tugasnya itu.
Akbar adalah satu dari segelintir Gen Z yang memilih jalan hidup sebagai petani. Meski memiliki skill di bidang videografi yang dia dapat saat bersekolah di SMK jurusan Informatika, pemuda dari desa Kediren, kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur tersebut, untuk saat ini lebih memilih merawat padi di sawah.
Hari-harinya kini diawali dengan memeriksa tanaman padi di lahan seluas 1.200 x 400 meter yang dipercayakan orangtuanya.
Saat ditemui Tribunmataraman.com, Akbar sedang memeriksa tanaman padi yang usianya baru sekitar 15 hari. Hari itu, dia didampingi sang ayah.
"Biasanya saat pemupukan, ayah saya selalu membantu. Ini jadi momen kami bekerja bersama, dan saya banyak belajar darinya," ujar Akbar sambil mengusap dahinya yang berkeringat.
Dalam periode awal ini, Akbar dan ayahnya menghabiskan antara dua hingga tiga kuintal pupuk, yang cukup untuk menutrisi tanaman padi hingga fase pertumbuhan berikutnya.
Ketika tanaman padi usia 25 hingga 30 hari, kebutuhan pupuk akan meningkat.
Akbar dengan teliti menghitung, mengukur, dan menyebarkan sekitar dua kuintal pupuk lagi ke seluruh lahan.
Ia tak hanya mengandalkan pupuk dasar. Terkadang Akbar menambahkan pupuk daun dan obat-obatan tertentu untuk melawan potensi serangan hama.
"Hama wereng, walang sangit sampai tikus itu biasanya sering mengganggu di sini,” katanya.
Selama satu siklus tanam padi yang berlangsung selama 90 hari, Akbar memperkirakan kebutuhan pupuknya mencapai 5 kwintal.
Sebagai petani Gen Z, Akbar memiliki kebiasaan yang sama seperti generasi sebelumnya, tetapi dengan sedikit sentuhan modern. Salah satunya adalah penggunaan pupuk dari produk Pupuk Indonesia.
"Merek yang paling sering saya pakai itu Urea atau NPK. Hampir semua petani di desa ini juga menggunakannya," katanya sambil menunjuk tumpukan karung pupuk di sudut lumbungnya.
Akbar mengatakan, selama 90 hari masa tanam, sawah yang dikelolanya mampu menghasilkan 3,5 hingga 4 ton gabah.
Kisah Inspiratif
Wajid Akbar Musyafa
Petani Millenial
Petani Gen Z
Petani Millenial Lamongan
tribunmataraman.com
Eksklusif
| Kisah Andri Seorang Kurir yang Jadi Pahlawan Pendidikan Lewat Rumah Belajar Gratis di Surabaya |
|
|---|
| Cerita Guru Tunanetra di Sidoarjo Dimudahkan Mengakses Layanan BPJS Kesehatan |
|
|---|
| Guru SMK YP 17 Pare Sukses Raih 2 Pernghargaan di Ajang Mandalika Essay Competition 3 di Lombok |
|
|---|
| Kisah Sukses Imam Syafi'i: Menghasilkan Cuan Melalui Seni Kaligrafi di Tuban |
|
|---|
| Sosok Ipda Tri Wulandari: Perjalanan Inspiratif Sebagai Polwan dan Upaya Mencegah Kejahatan Seksual |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/mataraman/foto/bank/originals/Kisah-Wajid-Akbar-Musyafa-Petani-Gen-Z-asal-Kediren-Kalitengah-Lamongan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.