Kisah Inspiratif

Kisah Andri Seorang Kurir yang Jadi Pahlawan Pendidikan Lewat Rumah Belajar Gratis di Surabaya

Inilah kisah Andri seorang kurir bersama Yayasan Novaloka Cakrawala Asa yang mampu mendirikan rumah belajar gratis bagi anak miskin di Surabaya.

Editor: faridmukarrom
Dhea Bertamarsella/ Magang Tribunmataraman.com
Foto Bersama Pengelola: Reporter Tribun Mataraman berkunjung k e rumah Belajar Gratis Novaloka Cakrawala Asa pada Kamis (11/9/2025). Sisi tengah Andri memakai jaket warna abu-abu seorang kurir sekaligus pendiri Rumah Belajar Gratis 

Respons orang tua pun sangat positif. Mereka berbondong-bondong membawa Kartu Keluarga dan akta lahir anak-anaknya untuk mendaftar. 

Hanya dalam hitungan hari, jumlah pendaftar sudah mencapai 53 anak, meski belum semuanya bisa hadir rutin karena harus menyesuaikan jadwal sekolah. 

Meski dapat dibilang tengah bergerak di tengah keterbatasan, tapi kreativitas terus menyala di Rumah Belajar Gratis ini. 

Agar suasana tidak monoton, Andri mengadakan lomba mewarnai kecil dengan hadiah sederhana. 

Ada pula sesi tanya jawab berhadiah uang, yang membuat kelas riuh dengan tawa. “Daripada mereka fokus belajar serius terus, takutnya jenuh. Jadi kita kasih reward kecil,” jelasnya.

Tak hanya pelajaran akademis, pendidikan karakter juga ditanamkan. Ke depan, anak-anak diajak mengumpulkan botol plastik bekas di wadah khusus. 

“Jadi mereka belajar peduli lingkungan sekaligus belajar praktik tentang tanggung jawab,” kata Andri.

Program literasi juga mulai dirintis. Sebuah rak buku kecil akan disiapkan agar anak-anak terbiasa membaca. 

Selanjutnya, Andri berharap bisa membangun perpustakaan mini di rumah belajar ini.

Selain itu, branding digital tak kalah penting. Di sela kesibukannya sebagai kurir, Andri menyempatkan diri membuat konten di TikTok, Instagram, dan YouTube. 

Ia juga menyiapkan kanal donasi daring melalui Kitabisa. “Kalau media sosial kuat, orang akan tahu bahwa anak-anak ini benar-benar ada dan butuh dukungan,” ujarnya.

Sistem perlahan mulai tertata.

Per 11 September 2025, kelas dipisahkan berdasarkan jenjang: TK sendiri, SD sendiri, sementara anak yang tidak sekolah akan diberi pendekatan berbeda. 

Targetnya, akan ada piagam kelulusan setiap tiga bulan untuk anak sekolah, dan enam bulan untuk anak putus sekolah. 

Hal ini memudahkan regenerasi sehingga semakin banyak anak bisa merasakan manfaatnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved