Kisah Inspiratif

Kisah Andri Seorang Kurir yang Jadi Pahlawan Pendidikan Lewat Rumah Belajar Gratis di Surabaya

Inilah kisah Andri seorang kurir bersama Yayasan Novaloka Cakrawala Asa yang mampu mendirikan rumah belajar gratis bagi anak miskin di Surabaya.

Editor: faridmukarrom
Dhea Bertamarsella/ Magang Tribunmataraman.com
Foto Bersama Pengelola: Reporter Tribun Mataraman berkunjung k e rumah Belajar Gratis Novaloka Cakrawala Asa pada Kamis (11/9/2025). Sisi tengah Andri memakai jaket warna abu-abu seorang kurir sekaligus pendiri Rumah Belajar Gratis 

Dari tekad itulah ia memutuskan bergerak sendiri, membuka Rumah Belajar Gratis bagi siapa pun yang membutuhkan.

Upaya awal ia lakukan dengan menyebarkan brosur ke kampus-kampus untuk mencari relawan mahasiswa sebagai pengajar. Namun, belum ada yang berminat. 

Akhirnya, Andri memilih merekrut guru profesional berbayar.

Honor yang diberikan Rp50 ribu untuk setiap kali pertemuan. 

Bagi Andri, itu bentuk penghargaan kepada sang guru.

“Saya ingin menepis anggapan bahwa beban guru itu selalu berat. Kalau guru sejahtera, murid juga ikut sejahtera.” 

Kini, Rumah Belajar Gratis sudah memiliki dua guru tetap, keduanya berpengalaman dan mampu membedakan murid yang cepat menangkap pelajaran dengan yang membutuhkan perhatian lebih.

Kelas Rumah Belajar dimulai pada pukul 13.00–15.00 WIB dengan jadwal belajar sementara pada hari Rabu dan Kamis.

Jika operasionalisasinya telah mendukung, maka Rumah Belajar akan mengadakan kegiatan belajar setiap hari.

Rumah Belajar Gratis berdiri di antara rumah-rumah warga, dengan gang sempit yang tak bisa dilalui kendaraan roda empat. 

Dari depan pintu, tampak sampah bangunan berserakan, motor-motor terparkir, dan pedagang yang sibuk berjualan. 

Sesekali, suara riuh kendaraan atau obrolan tetangga menyusup ke ruang belajar, bersaing dengan dengung kipas angin yang berderit. Namun, semua itu tak menurunkan semangat anak-anak.

Ruang belajar beralaskan tikar, dengan papan tulis kecil yang menempel di dinding. Alat mewarnai sederhana seperti krayon dan pensil warna diletakkan di sudut ruangan. 

Meski fasilitas seadanya, anak-anak tetap bersemangat. Mereka bahkan sering datang lebih awal sebelum jadwal dimulai. 

“Kita belum datang, tapi mereka sudah menunggu di depan pagar,” cerita Andri sambil tersenyum.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved