Berita Terbaru Kabupaten Trenggalek

Wawancara Eksklusif: Novita Hardini Istri Bupati Trenggalek Buka-bukaan Alasan Nyaleg DPR RI

Novita Hardini, istri Bupati Trenggalek menyatakan ingin menjadi anggota Legislatif demi

Editor: eben haezer
Sofyan Arif Chandra/Tribun Mataraman
Novita Hardini, istri Bupati Trenggalek 

Oh tidak apa-apa biar takdir yang mengatur ini bagaimana. Dan kamu harus lihat kapabilitas saya juga sebagai perempuan.

Nah terus itu saya sampaikan di Tahun 2022 awal, kemudian saya membuktikan kepada mas Arifin dengan cara bekerja. Bunda juga selalu merestui. Anak-anak juga sangat support. 


Ketika istri kepala daerah Nyaleg. Tanggapan orang kan pasti macam-macam. Ada yang support, beberapa juga ada yang nyinyir karena mengganggap numpang ketenaran suami. Bagaimana anda menanggapi hal itu?


Novita: Saya memandang kehidupan ini sebagai seni. Termasuk politik ini adalah seni.

Lalu kita melihat bahwa seni kehidupan ini ada yang positif dan negatif. Itu juga sudah saya alami jauh sebelum saya jadi calon.

Jika pembahasannya adalah caleg, maka persepsi publik itu seharusnya tidak menjadi pengaruh bagi saya. Karena saya jelas-jelas sendiri di sini sudah membulatkan tekad dan tahu apa sih yang harus saya tuju.

Tujuan saya adalah kebermanfaatan. Jadi untuk menuju kebermanfaatan itu warna-warna yang ada di dalam sepanjang perjalanan, itu hanya sebagai sebuah warna yang menyempurnakan saya, yang mematangkan saya. Itu tidak menjadi pengaruh bagi saya. 

Tidak masalah dan mereka punya hak untuk untuk menilai saya. Tapi saya tetap fokus pada tujuan saya yaitu untuk mempercepat pembangunan yang ada di Kabupaten Mataraman ini. Yaitu Kabupaten Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Ngawi dan Magetan. 

Apakah justru anggapan nyinyir itu jadi motivasi tersendiri?


Novita: Kegagalan bagi saya itu satu. Yaitu kalau kita terpengaruh dengan omongan orang lain gitu. Jadi kalaupun ada nyinyiran, itu gak masuk ke saya. 


Sebenarnya apa sih cita-cita terbesar dari Bunda Novita dengan memilih Jalan politik sebagai caleg?

Novita: Pertama, sebagai perempuan hal yang paling susah untuk kaum perempuan itu adalah keberanian. Berani dan tatag. Ketika saya berdiri disini, saya ingin semua perempuan yang ada di Indonesia itu menjadikan saya sebagai simbol pergerakan mereka. Untuk mengambil keputusan itu juga butuh keberanian.

Kedua sebagai ibu, perempuan juga bisa berkarya sejajar dan setara dengan kaum lelaki termasuk dalam dunia pelayanan publik. Ketiga dengan adanya penambahan kursi yang mewakili keterlibatan perempuan, tentu segala hajat hidup dan perlindungan pembangunan yang mana itu erat kaitannya dengan perempuan ini lebih diperhatikan, lebih merata ke seluruh pelosok negeri.

Karena hampir separuh dari populasi penduduk Indonesia itu berjenis kelamin perempuan. Dan perempuan di mata saya, mereka adalah pelopor peradaban. Perempuannya sukses, suami dan anaknya sukses.

Coba kalau saya tidak terdidik, pola pikirnya hanya bergantung suami. Itu normalnya perempuan begitu. Tapi kenapa perempuan harus terdidik, agar dia menjadi teman perjuangan yang setara.

Tahu suaminya pulang bawa uang nih kalau saya ya sebagai ibu Bupati, ini uang dari mana, bekerjanya benar atau enggak, ini halal atau enggak. Pada akhirnya akan mengantarkan suami untuk amanah. Jadi kuncinya bagi saya adalah di perempuan.

 

(yusron naufal putra/tribunmataraman.com)

Editor: eben haezer 

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved