Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Program JKN Bantu Nenek Mereta di Tulungagung Jalani Operasi Patah Tulang

Sempat cemas soal biaya, Mereta akhirnya lega neneknya yang patah tulang bisa operasi gratis karena ada JKN

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
ist
Mereta (kanan) dan neneknya yang mendapatkan operasi gratis lewat program JKN 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Mereta Anjarsariningtyas (30), menceritakan pengalaman yang pernah dialami oleh neneknya ketika menjalani rawat inap di rumah sakit.

Biaya pengobatan semuanya ditanggung oleh Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Saat itu neneknya mengalami patah tulang kaki ketika terjatuh di rumah.

Berdasarkan hasil rontgen ditemukan patah tulang kaki dan harus dilakukan tindakan operasi.

“Nenek saya sudah berusia 78 tahun awalnya jatuh di rumah. Setelah jatuh nenek merasa kakinya sakit dan sulit untuk digerakkan, segera kami bawa ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter menyampaikan kalau mengalami patah tulang kaki dan harus dioperasi,” ucapnya.

Warga asli Kabupaten Pacitan ini menyampaikan bahwa dirinya khawatir dengan kondisi neneknya jika harus dilakukan operasi.

Apalagi neneknya sudah lanjut usia.

Hal lain yang menyebabkan dia khawatir adalah biaya operasi neneknya. Namun, dokter memberikan penjelasan bahwa operasi yang akan dilakukan aman untuk neneknya karena pemeriksaan medis kondisinya bagus dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Petugas administrasi di rumah sakit juga menjelaskan bahwa biaya operasi semua ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

“Ketika dokter bilang nenek harus dioperasi, jujur saya dan keluarga khawatir karena nenek sudah lanjut usia. Terlebih besaran biaya operasi juga membuat kami khawatir. Namun dokter memberikan penjelasan kalau operasi ini aman untuk nenek, selain itu petugas administrasi menjelaskan bahwa biaya operasi semua ditanggung BPJS Kesehatan,” ujarnya.

Mareta menyampaikan pelayanan di rumah sakit sangat bagus. Meskipun saat itu neneknya masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada hari Minggu, namun dokter jaga memeriksa dengan cekatan, dan melakukan konsultasi dengan dokter spesialis tentang kondisi neneknya.

Dokter segera mengambil keputusan untuk dilakukan tindakan operasi keesokan harinya. Selama menjalani perawatan di rumah sakit dirinya mengatakan tidak mengalami perbedaan pelayanan yang diberikan kepada neneknya dengan pasien lain yang tidak menjadi peserta JKN.

“Meskipun waktu itu nenek masuk UGD di hari Minggu, dokter jaga memeriksa dengan cepat, teliti, dan selalu konsultasi dengan dokter spesialis. Dokter spesialis menjadwalkan keesokan harinya nenek bisa dilakukan operasi. Pelayanan yang diberikan juga tidak ada bedanya dengan pasien yang bukan JKN semuanya dilayani sama,” terang Mareta.

Selama menemani neneknya rawat inap, dia tidak mengalami kesulitan dalam pengurusan administrasi. Ketika awal masuk UGD, petugas loket administrasi hanya menanyakan identitas peserta JKN. Petugas meminta kartu JKN/KTP neneknya saja tanpa diminta melengkapi fotokopi berkas apapun, sehingga bagi dirinya hal ini memudahkan peserta JKN.

“Waktu di UGD, oleh petugas hanya diminta menunjukkan kartu JKN/KTP saja, tidak disuruh melampirkan fotokopi berkas. Saya sempat kaget juga ternyata semudah ini pengurusan administrasi tidak merepotkan peserta,” ucapnya.

Tak hanya itu, dirinya juga menceritakan banyak kemudahan yang ia rasakan ketika neneknya rawat inap, pihak rumah sakit sudah melakukan sesuai dengan prosedur.

Dirinya mengatakan bahwa banyaknya anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa pasien JKN ditelantarkan ataupun di nomor dua kan itu tidak benar adanya. Menurutnya tindakan medis yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan prosedur medis yang berlaku sama bagi seluruh pasien tanpa membedakan kepesertaan pasien.

Apabila dibutuhkan tindakan operasi tidak perlu antre berhari-hari bahkan berbulan-bulan, jika kondisi pasien memerlukan untuk segera dilakukan operasi maka akan segera dilakukan tindakan operasi.

“Saya sudah merasakan layanan JKN itu sangat baik dan tidak ribet. Selama ini banyak masyarakat yang bilang kalau pakai JKN akan di nomor dua kan itu tidak benar. Bahkan, nenek operasi tidak perlu menunggu lama keesokan harinya langsung dilakukan,” imbuhnya.

Mareta menyampaikan rasa terima kasih kepada BPJS Kesehatan. Ia berharap program yang sangat bermanfaat membantu masyarakat ini akan terus ada dan semakin baik. Bahkan dirinya yang juga menjadi peserta JKN dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) ini merasa bersyukur menjadi peserta meskipun tidak pernah memanfaatkan layanan JKN.

Baginya menjadi peserta JKN lebih sebagai motif untuk berjaga–jaga karena tidak akan ada yang dapat memperkirakan kapan akan mengalami sakit.

“Terima kasih kepada BPJS Kesehatan, karena perawatan nenek saya sejak sakit sampai dengan operasi dan sekarang rutin kontrol di rumah sakit semuanya tidak mengeluarkan biaya. Semoga JKN akan terus ada. Saya juga tidak merasa rugi jadi peserta JKN meskipun tidak pernah menggunakan, semua saya lakukan untuk berjaga–jaga jika suatu saat diperlukan sudah tidak repot,” tutup Mareta. (adv)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved