Kesenian Jawa Timur

Dari Humor Petani ke Teater Rakyat, Berikut Kisah Panjang Kelahiran Ludruk di Jombang

Kabupaten Jombang rupanya punya keterikatan erat kelahiran ludruk di Jawa Timur, sebuah seni pertunjukan rakyat khas Jatim

|
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/Ist Cakdurasim.com
Pergelaran seni ludruk yang dimainkan oleh Grup Ludruk Gita Praja dari Kabupaten Jombang pada Sabtu, 22 Februari 2025 di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jawa Timur. Berakar dari Jombang hingga dikenal seantero Jawa Timur. 

Di sinilah masyarakat Jombang menemukan ruang refleksi, bahwa seni dapat menjadi jembatan antara hiburan, kritik, dan kesadaran kolektif.


Lahirnya Ludruk Modern

Memasuki paruh awal abad ke-20, pengaruh Besutan dan Lerok semakin kuat. Ketika Ludruk mulai tumbuh sebagai sebuah format teater yang lebih modern, akar-akar dari kedua kesenian itu sangat terasa. 

Mulai dari kritik sosial yang tajam, penggunaan bahasa sehari-hari, karakter laki-laki memerankan perempuan, musik pengiring yang khas, dan humor yang berpadu dengan pesan moral.

Tokoh seperti Cak Durasim kemudian membawa Ludruk ke Surabaya dan memperluas pengaruhnya. Di kota besar itulah Ludruk berkembang sebagai alat perjuangan, bahkan menjadi suara perlawanan terhadap kolonial melalui tembang dan dialog yang berani.

"Meski panggungnya berpindah, akarnya tetap tertanam di Jombang," tegas Cak Nas. 


Warisan yang Terus Hidup

Kini, ketika kesenian tradisi kerap terseok menghadapi arus modernisasi, jejak Lerok, Besutan, dan Ludruk menjadi pengingat bahwa seni rakyat tidak lahir dari istana atau akademi, melainkan dari dinamika kehidupan masyarakat biasa.

Dari kegelisahan, humor, kritik sosial, dan kreativitas spontan.

Bagi masyarakat Jombang, warisan itu adalah kebanggaan tersendiri. Kabupaten yang kerap dikenal lewat pesantrennya ini ternyata juga memegang peranan besar dalam sejarah teater rakyat Jawa Timur.

"Jombang bukan hanya pusat pendidikan agama. Tetapi juga tempat lahirnya tradisi yang membentuk identitas budaya Jawa Timur," pungkas Cak Nas. 

Dan dari panggung bambu sederhana di desa-desa itulah Ludruk mulai menyalakan cahaya cahaya yang hingga kini tetap menjadi bagian dari denyut budaya masyarakat Jawa Timur.
 

(Anggit Puji Widodo/TribunMataraman.com)

Editor : Sri Wahyunik

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved