Kesenian Jawa Timur

Dari Humor Petani ke Teater Rakyat, Berikut Kisah Panjang Kelahiran Ludruk di Jombang

Kabupaten Jombang rupanya punya keterikatan erat kelahiran ludruk di Jawa Timur, sebuah seni pertunjukan rakyat khas Jatim

|
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/Ist Cakdurasim.com
Pergelaran seni ludruk yang dimainkan oleh Grup Ludruk Gita Praja dari Kabupaten Jombang pada Sabtu, 22 Februari 2025 di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jawa Timur. Berakar dari Jombang hingga dikenal seantero Jawa Timur. 

Ringkasan Berita:
  • Ludruk dikenal sebagai salah satu seni pertunjukan rakyat tradisional khas Jawa Timur.
  • Di tengah riuh peradaban budaya Jawa Timur, Kabupaten Jombang jarang mendapat sorotan sebagai 'rumah pertama' bagi kelahiran Ludruk, sebuah seni pertunjukan rakyat yang telah mewarnai identitas masyarakat Jawa Timur selama lebih dari satu abad.
  • Padahal, dari kabupaten inilah denyut awal tradisi itu berangkat, melalui dua kesenian yang hidup kuat di awal abad ke-20, Lerok dan Besutan

 

TRIBUNMATARAMAN.COM I JOMBANG - Ludruk dikenal sebagai salah satu seni pertunjukan rakyat tradisional khas Jawa Timur.

Namun tidak banyak disorot, hubungan kental antara Ludruk dan Kabupaten Jombang.

Di tengah riuh peradaban budaya Jawa Timur, Kabupaten Jombang jarang mendapat sorotan sebagai 'rumah pertama' bagi kelahiran Ludruk, sebuah seni pertunjukan rakyat yang telah mewarnai identitas masyarakat Jawa Timur selama lebih dari satu abad.

Padahal, dari kabupaten inilah denyut awal tradisi itu berangkat, melalui dua kesenian yang hidup kuat di awal abad ke-20, Lerok dan Besutan.

Bagi pemerhati budaya Jombang, Nasrul Illah, sejarah ini bukan sekadar cerita yang dibisikkan dari mulut ke mulut para seniman. 

Ia menunjuk pada hasil Musyawarah Ludruk se-Jawa Timur tahun 1968 di Surabaya, forum yang mendokumentasikan dengan jelas bahwa salah satu tokoh perintis Ludruk berasal dari Desa Plandi, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang

"Jombang memberi kelahiran dan karakter, Surabaya memberi panggung dan perkembangan," ucap pria yang akrab disapa Cak Nas saat ditemui TRIBUNJATIM.COM di kediamannya di Desa Plandi, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Rabu (19/11/2025).


Dari Sosok Petani Kreatif Lahir Tradisi Baru

Sekitar tahun 1907, seorang petani bernama Pak Santik memulai langkah kecil yang kelak menjadi langkah besar dalam sejarah kesenian Jawa Timur. 

Ia bukan seniman besar, bukan pula keturunan dalang atau abdi keraton, melainkan warga biasa yang punya sensitivitas terhadap humor, kritik sosial, dan hiburan rakyat. Dengan bermodal tubuh lentur, suara unik, dan keberanian tampil, ia menjelajah kampung sebagai pengamen.

Riasan wajahnya yang dilorak-lorek seperti goresan acak arang dan bedak membuat warga menamainya Amen Lerok. Dari sinilah benih pertunjukan Lerok bertunas, sebuah kesenian keliling yang ringan, spontan, dan dekat dengan denyut hidup masyarakat kecil.


Lerok Bercerita

Perjalanan Pak Santik tidak berlangsung sendirian. Dalam beberapa tahun, ia bergabung dengan Pak Amir dan P. Bolawi dari Plandi, serta P. Culike dari Pandanwangi. 

Kehadiran mereka mengubah Lerok dari pertunjukan improvisasi menjadi tontonan yang lebih lengkap dengan iringan musik yang mulai beragam serta peran-peran yang mulai dibagi.

Salah satu tokoh yang menjadi ikon kala itu adalah Pak Pono, pemeran wedokan yang tampil dengan pupur putih tebal. Karakter perempuan dalam Lerok bukan sekadar hiburan, tetapi kritik sosial yang kental, karena memakai laki-laki sebagai pemeran perempuan mengandung unsur simbolis dan jenaka.

Kelompok ini dikenal membawa pantun semboyan yang melekat di benak warga:

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved