Ponpes Ambruk di Sidoarjo

Mengenal Lora Ubaidillah, Santri Korban yang Tewas Saat Salat Asar Ponpes Ambruk di Sidoarjo

Sosok Lora Moh Ubaidillah Putra Kiai Ponpes di Blega, Istiqamah Salat Jamaah dan Selalu Sempatkan Mengajar Kalau Libur Mondo

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: faridmukarrom
Luhur Pambudi
DUKA PONPES Al-KHOZINY- Paman Moh Ubaidillah, Muksin (55) saat ditemui TribunJatim.com, di RS Bhayangkara Surabaya, pada Selasa (7/10/2025) 

TRIBUNMATARAMAN.COM | SIDOARJO - Tubuh tinggi semampai itu kini terbujur kaku di dalam peti kayu putih.

Di atasnya, kain kafan tersusun rapi, menutupi wajah muda yang selama ini dikenal santun dan taat.
Di sisi peti, berdiri seorang pria berpeci putih.

Tatapannya kosong, sesekali menunduk, menahan air mata yang terus menggenang.

Dialah Muksin (55), paman dari Moh Ubaidillah (17), satu dari 17 korban santri yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI RS Bhayangkara Surabaya, Selasa (7/10/2025) malam.

Baca juga: Tangis Fitri Pecah di RS Bhayangkara, Jenazah Anaknya Rendra Akhirnya Teridentifikasi

"Dia anaknya sopan, rajin ibadah. Paling istiqomah kalau salat berjamaah," ucap Muksin lirih, menatap peti keponakannya yang baru saja disalatkan bersama belasan jenazah lainnya.

Moh Ubaidillah bukan santri biasa. Ia adalah putra dari Kiai Muhammad Bahri Bahruddin, pengasuh Pondok Pesantren Syaikhona Muhsin di Blega, Bangkalan.

Di kalangan santri Madura, ia dikenal dengan panggilan Lora Ubaidillah sebutan hormat bagi putra seorang ulama.

Sejak kecil, Ubaidillah tumbuh dalam lingkungan pesantren. Ia terbiasa mendengar lantunan ayat suci dan nasihat-nasihat keagamaan sang ayah.

Dalam kesehariannya, tutur Muksin, Ubaidillah adalah sosok yang tawadhu, tidak pernah membantah perintah orangtua, dan sangat menjaga adab terhadap guru maupun teman.

"Kalau abahnya belum ke masjid, dia nggak mau duluan. Dia lebih memilih menunggu abahnya, baru berangkat salat berjamaah," kenang Muksin.

Beberapa bulan sebelum musibah, keluarga sempat bertemu Ubaidillah saat liburan mauludan. Waktu itu, anak muda yang dikenal cerdas itu banyak membantu sang ayah mengajar mengaji para santri muda di pesantren.

"Iya, dia sering bantu ngajar iqra’ di rumah. Rajin, pintar, sopan. Orangnya penyayang juga sama teman," tutur Muksin sambil menahan napas berat.

Kini, Lora Ubaidillah telah berpulang. Namun cara kepergiannya meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga dan para santri yang mengenalnya. Ia wafat dalam keadaan terbaik sedang menuntut ilmu dan menunaikan salat Asar berjamaah di Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

“Insyaallah husnul khatimah. Dia meninggal dalam keadaan suci, di tempat menuntut ilmu, sedang ibadah. Kami ikhlas, meski berat,” kata Muksin dengan suara parau.

Pada malam yang sama, Tim DVI RS Bhayangkara Surabaya mengumumkan hasil identifikasi 17 korban baru, termasuk Ubaidillah. Ia tercatat dalam daftar identifikasi dengan nomor PM RSB B-009 yang cocok dengan AM 028 identitas lengkap: Moh. Ubaidillah, 17 tahun, asal Dusun Garuan, Karpote, Blega, Bangkalan.

Hingga Selasa (7/10/2025) malam, total 34 dari 67 kantong jenazah korban ambruknya Gedung Ponpes Al-Khoziny telah berhasil diidentifikasi.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(tribunmataraman.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved