Menurutnya, dengan sistem komputerisasi seharusnya jarak rumah ini tidak berubah jika sudah diinput.
“Begitu diinput, datanya seharusnya sudah terkunci. Jadi jarak ini yang diadu dengan data siswa yang dimasukkan berikutnya,” jelas Hery.
Hery mempertanyakan perubahan ini, karena dimungkinkan terjadi karena cawe-cawe manusia.
Pihak yang bisa mengubah data ini adalah operator atau kepala sekolah.
Hery menyebut, kepala sekolah merupakan verifikator terakhir.
“Tidak mungkin perubahan itu by system. Pasti ada orang yang dengan sengaja mengubahnya,” tegas Hery.
Salah satu pengacara kondang Tulungagung ini menerangkan, titik azimut sudah ada ketika siswa mengambil PIN pendaftaran.
Jadi, saat siswa mendapatkan PIN jarak rumah ke sekolah sudah dikunci.
Dengan demikian azimut itu tidak mungkin berubah jika tidak diotak-atik manusia.
“Saat kita ambil PIN, jarak sudah muncul otomatis. Sudah terverifikasi saat ambil PIN,” katanya.
Menyikapi keanehan ini, Hery bersama sejumlah orang tua siswa sedang menyiapkan gugatan.
“Nanti kami sampaikan detailnya,” tandas Hery.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman
(tribunmataraman.com)