Penganiayaan Santri di Bangkalan

TANGIS Ayah Santri di Bangkalan Usai Tahu Putranya Tewas Dianiaya Senior: Saya Tidak Ikhlas!

Ayah korban Moh Nasip (45) tak kuasa menahan isak tangis ketika mengenang sosok BT di hadapan awak media di rumahnya. ia tak terima anaknya dibunuh

Editor: faridmukarrom
Tribunmataraman.com/ Ahmad Faisol
Ayah korban Moh Nasip (45) tak kuasa menahan isak tangis ketika mengenang sosok BT di hadapan awak media di rumahnya. ia tak terima anaknya dibunuh 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Moh Nasip ayah Santri di Bangkalan Madura yang tewas dianiaya senior tak kuasa menahan tangis.

Diketahui nasib tragis seorang santri pria berinisial BT (16), warga Desa Buluk Agung, Kecamatan Klampis Bangkalan Madura.

BT diduga jadi korban penganiayaan oleh seniornya di Pondok Pesantren.

Pasca kejadian ini duka mendalam bagi keluarga korban.

Baca juga: 18 Santri di Bangkalan Diperiksa Sebagai Saksi Penganiayaan Oleh Senior yang Tewaskan Seorang Santri

Baca juga: Awal Mula Santri di Bangkalan Tewas Dikeroyok Senior Terungkap, Ternyata Masalah Sepele

Tak terkecuali Ayah korban yakni Moh Nasip (45). Bahkan Nasip tak kuasa menahan isak tangis ketika mengenang sosok BT di hadapan awak media di rumahnya, Kamis (9/3/2023).

Mengenakan peci berwarna hitam dengan baju koko berwarna putih, Nasip berupaya terlihat tegar. Namun dua kantung matanya yang tampak membengkak, tak mampu menutupi begitu dalam duka yang ditinggal anak bungsung, BT.

Suara Nasip perlahan mulai terdengar parau, kalimatnya terhenti seketika karena ia tak kuasa menahan isak tangis. Jemari tangan kiri Nasip menutup sekaligus menyeka linangan air mata pilu.

Ia terkenang keseharian sosok BT yang dikenal sebagai anak yang penuh kehati-hatian dalam mengambil tindakan meski sekedar urusan makanan di atas piring dan minuman di dalam kulkas rumahnya.   

“(Makanan) ini punya siapa abah?. Punya siapa abah?, tidak langsung dimakan. Begitu juga minuman di dalam kulkas, tidak langsung diminum khawatir punya yang lain,” ungkap Nakip yang memantik suasana hening berselimut pilu.

Pernyataan Nakip itu menyiratkan bahwa BT bukanlah sosok anak seperti yang dituduhkan sebagai pelaku pencurian atas hilangnya uang santri senilai Rp 400 ribu. Peristiwa hilangnya uang senilai itu disebut pihak kepolisian sebagai pemicu terjadinya pengeroyokan.

Kasus meninggalnya BT saat ini tengah menjadi atensi Satreskrim Polres Bangkalan. pihak pondok pesantren yang berlokasi di Desa Campor, Kecamatan Geger itu melapor beberapa jam setelah peristiwa meninggalnya BT.

Belasan santri dihadirkan untuk dimintai keterangan mulai Rabu (8/3/2023) pagi. Pihak kepolisian menyebutkan, BT meninggal dunia setelah dikeroyok di sebuah kamar santri dengan luka lebam di bagian tangan, dada, dan punggung. Korban BT merupakan siswa kelas I yang masuk pada tahun ajaran baru atau sekitar delapan bulan silam.

“Anak saya disia-siakan seperti ini, saya gak rela seperti ini. Soalnya saya memondokkan anak itu bukan mau dibunuh, mau dibelajarkan, dididik biar tahu akhlak. Karena saya tidak tahu cara mendidik akhlak, mungkin di pondok bisa tahu akhlak,” jelas Nakip.  

Hasil keterangan dari para santri dalam pemeriksaan, seperti yang disampaikan Kasatreskrim Polres Bangkalan, AKP Bangkit Dananjaya, Rabu (8/3/2023), peristiwa pengeroyokan bermula ketika sejumlah santri senior berupaya mengklarifikasi kepada korban BT atas raibnya uang senilai Rp 400 ribu.

“Kalau anak saya, bukan saya menyanjung anak, saya mau ngomong apa adanya. Keseharian anak saya di rumah, jangankan mengambil punya orang lain, ada barang berupa makan dan minuman di dalam kulkas masih bertanya kalau bukan haknya,” tegas Nasip.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved