Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Dituding Bikin Macet Pinka Tulungagung, Para Pedagang Mengadu ke Dinas Koperasi dan Usaha Mikro

Para PKL di kawasan Pinka Tulungagung mengadu ke Dinas Koperasi dan Usaha Mikro karena dituding sebagai biang keladi kemacetan

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
PENYEBAB KEMACETAN - Banner pedagang di jalur Wisata Kuliner Pinggir Kali (Pinka) Tulungagung, Jawa Timur menjadi sumber keluhan warga, karena dianggap penyebab kemacetan, Jumat (13/6/2). Para pedagang kaki lima sebelumnya sudah mengadu ke Dinas Koperasi dan Usaha Mikro agar dilakukan penataan. (Tribunmataraman.com / David Yohanes) 

TRIBUNMATARAMAN.COM | TULUNGAGUNG - Belasan perwakilan pedagang kaki lima (PKL) di area wisata kuliner Pinggir Kali (Pinka) Tulungagung mengadu ke Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Tulungagung, Jumat (13/6/2025).

Mereka merespons keluhan masyarakat yang menganggap keberadaan para pedagang ini membuat macet jalur Pinka, sebab para pedagang ini memanfaatkan tepi jalan.

Kemacetan ini utamanya terjadi di malam hari saat puncak keramaian kawasan Pinka.

Para pedagang berharap ada solusi penataan sehingga para pedagang tetap bisa berjualan seperti biasa.

“Para  PKL ini niatnya kan baik, berjualan untuk mencari rezeki, bukan untuk membuat macet,” ujar koordinator para pedagang, Nanang Rohmad.

Nanang menambahkan, para pedagang pun siap ditata agar tidak dianggap sebagai biang keladi kemacetan.

Untuk jangka pendek, para pedagang siap untuk tidak memasang banner yang mempromosikan dagangannya.

Diakui Nanang, banyak pedagang yang memasang banner di tepi jalan sehingga turut mempersempit jalur.

“Banner-banner pedagang harus ditertibkan. Jika banner sudah ditertibkan, maka masalah kemacetan sudah teratasi 50 persen,” sambung Nanang.

Untuk jangka menengah, menurut Nanang, Pemkab Tulungagung diminta menyiapkan sarana.

Nanang berasalan, Pemkab terburu-buru menetapkan Pinka sebagai kawasan wisata kuliner, sementara sarananya belum siap.

Padahal dengan menetapkan kawasan wisata kuliner, para pedagang akan berbondong-bondong masuk dan berjualan.

“Sekarang harus dicarikan solusi, bagaimana para pedagang tetap bisa berjualan, sementara masyarakat juga tidak terganggu,” tegas Nanang.

Sebelumnya di kawasan Pinka sudah ada paguyuban pedagang.

Namun saat Pemkab Tulungagung menertibkan PKL di Jalan A Yani Timur dan Jalan Basuki Rahmad, banyak di antara mereka yang pindah ke Pinka.

Para pedagang baru ini yang belum sempat terdata dan belum masuk dalam paguyuban.

“Data mereka yang di tepi jalan sebelah barat ada 170 orang. Sementara yang timur jalan tidak dihitung, karena mereka berjualan di rumah sendiri atau menyewa,” ungkap Nanang.

Jalur yang disebut Pinka, dulunya adalah daerah bantaran Sungai Ngrowo di bawah Kementerian PUPR.

Saat era Bupati Heru Tjahjono, kawasan ini ditata menjadi taman yang dilengkapi jalur jogging.

Selain itu bagian yang diubah jadi jalan paving, yang menjadi penghubung alternatif Jembatan Lembupeteng ke Jalan Mayjen Sungkono.

Berkat penataan ini, kawasan yang dulunya sepi berubah menjadi pusat keramaian.

Dalam perkembangannya muncul para pedagang kaki lima memanfaatkan ramainya perkembangan kawasan.

Jalan alternatif yang dulu sepi kini dipenuhi lapak-lapak para pedagang.

(David Yohanes/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved