Berita Terbaru Kabupaten Trenggalek

Nasib Angkutan Umum di Trenggalek Makin Memprihatinkan, Tak Lagi Ada Penumpang Menanti di Tepi Jalan

Keberadaan angkutan umum di Kabupaten Trenggalek semakin memprihatinkan. Tidak ada lagi penumpang di tepi-tepi jalan.

Penulis: Sofyan Arif Chandra | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/sofyan arif candra
SEPI - Sejumlah Mobil Penumpang Umum (MPU) di Terminal MPU, Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek tak kunjung mendapatkan penumpang, Kamis (24/4/2025). Kepemilikan kendaraan pribadi serta handphone dan menjamurnya travel gelap menjadi tantangan pemilik MPU Trenggalek. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | TRENGGALEK - Keberadaan angkutan umum di Kabupaten Trenggalek semakin memprihatinkan. Sejumlah sopir dan pelaku angkutan umum di terminal MPU (Mobil Penumpang Umum), Kelurahan Sumbergedong, mengeluhkan sepinya penumpang angkutan umum antar kecamatan, Kamis (24/4/2025).

Seorang sopir MPU trayek Kecamatan Trenggalek - Kecamatan Munjungan, Harmanu (62) menuturkan dalam satu hari rata-rata ia hanya mendapatkan 4-5 penumpang.

Penumpang yang menggunakan jasanyapun merupakan penumpang langganan yang sudah ia kenal lama.

"Jadi kami hanya mengandalkan telepon, kalau ada telepon dari pelanggan, kita baru jalan. Kalau tidak ada pesanan ya tidak mungkin berangkat," kata Harmanu, Kamis (24/4/2025).

Harmanu yang sudah terjun ke dunia angkutan umum sejak tahun 1985 menjelaskan beberapa tahun terakhir sangat sulit dan hampir tidak mungkin mendapatkan penumpang dari pinggir jalan.

"Mayoritas sudah pelanggan, misalnya mau pergi ke pasar, atau kontrol ke rumah sakit dari Munjungan ke Trenggalek. Jarang sekali mendapatkan penumpang menemukan di pinggir jalan," tambah warga Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek tersebut.

Sebisa mungkin, Harmanu akan melayani jika pelanggan memesan jasanya walaupun secara hitung-hitungan ia hanya balik modal bahkan merugi.

"Sekali jalan PP (pulang pergi) Munjungan - Trengalek solarnya minimal Rp 100 ribu, sedangkan tarif penumpang dari Munjungan ke Trenggalek cuma Rp 35 ribu," ucapnya.

Mirisnya, tak jarang ia hanya mengantarkan penumpang dari Munjungan ke Trenggalek sedangkan pulangnya kembali ke Munjungan tanpa membawa penumpang satupun. Diapun tidak berani beroperasi jika memang tidak mendapatkan pesanan.

"Kalau sedang sepi, dalam satu Minggu hanya 4-5 kali jalan, tapi kalau sedang lancar setiap hari bisa jalan," lanjut Harmanu.

Untungnya ia masih mempunyai sawah dan ladang di Kecamatan Munjungan yang bisa ia harapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari keluarganya.

Lebih lanjut, banyak faktor yang menurut Harmanu menjadi penyebab semakin sepinya penumpang MPU salah satunya adalah masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi semakin banyak.

"Ditambah lagi sekarang ada HP, daripada naik angkutan lebih memilih telepon orang rumah untuk menjemput," jelasnya.

Hal tersebut, menurut Harmanu tidak bisa dihindari namun faktor lain yang sangat disayangkan adalah maraknya travel gelap dan odong-odong yang beroperasi di jalan raya.

"Biasanya dari desa ke kota naik MPU, setelah itu naik bus dari terminal. Sekarang sudah diambil travel dari desa-desa, tapi travel-travel gelap tidak punya izin," kata Harmanu.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved