Cerita Kopi

Adi Pangestu dan Kedai Stay Flow Membangun Kopi Lokal Kediri Lewat Edukasi dan Variasi Rasa

Ini cerita Adi Pangestu dan kedai Stay Flow yang dikelolanya di kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

Penulis: Isya Anshori | Editor: eben haezer
Isya Ansori
Adi Pangestu saat membuat kopi di kedai kopi Stay Flow di area Garasi UMKM Pare.  

Kedai Stay Flow tidak hanya sekadar tempat untuk menikmati kopi, namun juga menjadi ruang untuk belajar tentang cara menyeduh kopi yang benar. Adi meyakini bahwa setiap kopi memiliki karakteristik rasa yang berbeda-beda, tergantung pada ketinggian tanam biji kopi dan jenis kopi yang digunakan. 

"Banyak orang yang belum tahu bahwa suhu air yang digunakan dalam menyeduh kopi itu sangat berpengaruh pada rasa. Misalnya, untuk kopi arabica, air harus berada pada suhu sekitar 90 derajat Celsius agar rasa kopi keluar dengan sempurna," jelasnya.

Namun, perjalanan Adi dalam mengembangkan usaha kopi lokal ini tidaklah mudah. Seperti banyak usaha lainnya, pandemi COVID-19 sempat menghambat perkembangannya. Meski demikian, ia tidak menyerah dan terus berusaha untuk bertahan.

"Sebelum pandemi, saya berjualan di Kampung Inggris, tetapi setelah pandemi, banyak yang turun. Kami kemudian pindah ke garasi UMKM dan sudah berjualan di sana selama 3 tahun," kenang Adi. 

Kendati demikian, cuaca yang tidak menentu di Kediri seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi Adi dan para petani kopi lokal. 

"Salah satu kendala utama yang kami hadapi adalah cuaca yang mempengaruhi hasil panen. Kadang-kadang cuaca buruk menyebabkan gagal panen, sehingga kualitas biji kopi yang dihasilkan menurun," ungkapnya.

Untuk membantu mempromosikan kopi lokal Kediri, Adi juga ikut terlibat dalam program rumah kopi Kabupaten Kediri yang digagas oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Sebuah inisiatif yang menyediakan fasilitas satu atap untuk kopi lokal di daerah tersebut. 

Namun, meskipun sudah ada fasilitas yang mendukung, Adi tetap merasa bahwa kualitas kopi lokal bisa lebih ditingkatkan. 

"Fasilitas yang ada sudah cukup membantu, tapi kembali lagi, kualitas kopi dipengaruhi oleh cuaca dan cara penanganannya. Kalau kualitas biji kopinya jelek, ya fasilitas yang ada pun kurang maksimal," jelasnya.

Dalam menghadapi tantangan ini, Adi tetap optimis. Ia percaya bahwa dengan edukasi yang terus dilakukan, baik untuk pelanggan maupun petani kopi lokal, kopi Kediri bisa semakin dikenal luas. 

"Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa kopi lokal Kediri punya potensi besar. Dengan cara yang tepat dalam pengolahan dan penyajian, kami yakin kopi Kediri bisa bersaing di pasar yang lebih luas," tegasnya.

Ke depan, Adi berharap bisa terus mengembangkan usaha kopi lokalnya dengan lebih memperkenalkan beragam varian kopi dan memperbaiki kualitasnya. Ia juga ingin agar semakin banyak orang yang menghargai kopi sebagai minuman yang memiliki banyak cerita dan keunikan. 

"Kopi bukan hanya tentang rasa, tapi juga tentang proses. Setiap biji kopi memiliki cerita, dan kami ingin berbagi cerita itu dengan pelanggan kami," tutupnya.

(Isya Anshori/TribunMataraman.com)

editor: eben haezer
 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved