UMKM
Kisah Inspiratif UMKM Cabhi Craft, Transformasi Limbah Alam Jadi Karya yang Memberdayakan
Dengan memanfaatkan limbah alam, Cabhi Craft di Kota Kediri memberdayakan perempuan dan membangkitkan perekonomian mereka.
Penulis: Luthfi Husnika | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM | KEDIRI - Di sebuah sudut Desa Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, sebuah inisiatif kreatif lahir dari tangan seorang ibu rumah tangga, Agus Praptina, yang akrab disapa Bu Seno.
Sejak 2014, perempuan kelahiran 1960 tersebut mendirikan Cabhi Craft, sebuah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mengubah limbah menjadi produk bernilai jual tinggi.
Cabhi Craft memiliki motto yang inspiratif: 'mengubah limbah jadi rupiah'.
Caranya dengan memanfaatkan limbah secara kreatif untuk diubah menjadi peluang bernilai ekonomi sehingga memberikan manfaat sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Berawal dari kain perca yang dikumpulkan dari limbah penjahit, ia mulai menciptakan dompet, tas, hingga suvenir pernikahan.
"Saya awalnya melihat banyak kain sisa penjahit yang terbuang sia-sia. Saya berpikir, kenapa tidak saya manfaatkan menjadi sesuatu yang punya nilai ekonomi," kata Bu Seno dengan semangat.
Tak berhenti pada kain perca, Bu Seno menemukan peluang lain di limbah alam. Ia mulai mengolah eceng gondok yang melimpah di sekitar Sungai Brantas menjadi kerajinan rumah tangga seperti tas, dompet, vas, hingga perlengkapan dekorasi rumah.
Rumput mendong, yang banyak tumbuh di rawa-rawa, juga ia manfaatkan untuk menjadi tikar. Bagi Bu Seno, memanfaatkan limbah tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga berkontribusi pada lingkungan.
"Eceng gondok ini sering jadi masalah di sungai, tapi ternyata kalau diolah bisa jadi barang yang bagus dan punya harga jual. Saya juga ingin membantu mengurangi dampak buruknya," katanya sambil menunjukkan salah satu tas hasil buatannya.
Kemudahan akses bahan baku menjadi salah satu kunci keberhasilan Cabhi Craft. Eceng gondok bisa ia dapatkan dari Sungai Brantas, sementara rumput mendong melimpah di rawa-rawa sekitar Kediri. Hal ini memastikan produksi Cabhi Craft terus berjalan tanpa kendala pasokan bahan.
Pada 2017, inovasi lain kembali dilakukan Bu Seno. Saat eco-print mulai populer di Indonesia, ia mempelajarinya dan mulai mengaplikasikan teknik ini pada kain dan tas buatannya. Eco-print adalah teknik mencetak motif alami menggunakan daun dan bunga pada kain.
"Saya melihat peluang besar di eco-print. Ini sangat cocok untuk orang yang menyukai produk ramah lingkungan," jelasnya.
Namun, perjalanan Cabhi Craft tidak selalu mulus. Pandemi COVID-19 selama dua tahun menjadi masa-masa sulit. Pesanan menurun drastis, seperti yang dialami banyak pelaku UMKM lain. Namun, Bu Seno tidak menyerah. Ia terus berusaha memperluas pasar agar produk-produknya tetap diminati.
"Saya sempat merasa down, tapi saya percaya usaha tidak akan mengkhianati hasil. Saya mulai mencoba pemasaran online, dan perlahan-lahan pesanan kembali meningkat," kenangnya.
Selain menghasilkan produk berkualitas, Bu Seno juga memberikan dampak sosial di lingkungannya. Ia memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di kawasan Katang untuk turut membuat kerajinan berbahan limbah alam. Hal ini memberi mereka penghasilan tambahan tanpa harus bekerja penuh waktu.
Menurut Bu Seno, banyak ibu-ibu di sini yang sebelumnya tidak punya pekerjaan. Sekarang mereka bisa membantu ekonomi keluarga sambil tetap mengurus rumah.
Bu Seno tidak berhenti belajar. Baru-baru ini, ia pergi ke Lombok selama satu setengah bulan untuk mendalami teknik tenun serat nanas dan pewarnaan alami menggunakan indigosol. Pengalaman ini ia manfaatkan untuk meningkatkan kualitas produknya.
Alasan lainnya, karena di wilayah Jawa Timur sendiri masih belum ada yang mengembangkan pewarnaan indigosol ini untuk pewarnaan alami.
"Saya selalu ingin belajar hal baru. Kalau kita tidak terus belajar, kita akan ketinggalan. Indigosol ini setahu saya di Jawa Timur masih belum ada yang mengembangkan secara masif, kalau di Jawa Tengah sudah ada. Ini juga yang menggerakkan saya untuk belajar langsung ke Lombok," ungkapnya.
Cabhi Craft juga membuka pelatihan bagi mereka yang ingin belajar pengelolaan limbah dan kerajinan. Setelah mengikuti pelatihan, para peserta bisa menjadi mitra yang dilibatkan ketika ada pesanan dalam jumlah besar.
Kini, produk Cabhi Craft telah merambah pasar internasional. Salah satu momen membanggakan adalah ketika mereka mendapat pesanan ratusan tas eco-print untuk sebuah ajang fashion di Paris.
"Rasanya seperti mimpi. Saya tidak pernah menyangka produk kami bisa sampai ke luar negeri," kata Bu Seno dengan senyum bangga.
Setiap bulan, Cabhi Craft memproduksi puluhan hingga ratusan lembar kain dan bahan busana eco-print. Pesanan kerajinan untuk acara tertentu seperti pernikahan juga terus berdatangan.
Ke depannya, Bu Seno berharap semangat pengelolaan limbah alam bisa ditularkan kepada generasi muda. Ia ingin melahirkan pengusaha-pengusaha baru yang ahli di bidang kerajinan, sekaligus membuka lebih banyak lapangan kerja.
"Saya ingin anak-anak muda tahu, bahwa dari limbah pun kita bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa. Jangan takut untuk mencoba, karena peluang selalu ada bagi mereka yang mau bekerja keras," tutupnya penuh harap.
Cabhi Craft bukan hanya cerita sukses sebuah UMKM, tetapi juga bukti nyata bahwa kreativitas dan kepedulian lingkungan bisa berjalan beriringan. Dari sebuah desa kecil di Kediri, inspirasi besar telah lahir dan terus membawa perubahan.
editor: eben haezer
Kisah Sukses Mulyadi Menjadi Perajin Layang-layang di Blitar Dengan Omzet Rp 5 Juta Per Hari |
![]() |
---|
Bertahan di Tengah Cuaca dan Zaman, Sentra Genteng Tradisional Dusun Templek Kediri Tetap Membara |
![]() |
---|
11 Tahun Bertahan, Onde-onde Bu Jaka Bondowoso Bisa Terjual hingga 2.000 Biji per Hari |
![]() |
---|
Kreasi Jelly Art Surabaya, Seni Membuat dan Menghias Kue Puding dengan Teknik Jarum Suntik |
![]() |
---|
Bermula Dari Coba-coba, Keripik Nadasuka Terjual Hingga ke Hongkong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.