Sekolah Berbisnis Seragam

Ortu Ungkap Alasan Terpaksa Beli Seragam di Koperasi Sekolah Meski Harga Mahal dan Tak Bisa Diangsur

orangtua murid di Surabaya mengaku terpaksa membeli seragam di sekolah meski harganya mahal dan tak bisa diangsur. Ini penyebabnya.

|
Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Ilustrasi seragam sekolah 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Tingginya harga seragam  yang dipatok sekolah di Jawa Timur ternyata tidak hanya berlaku tahun ini.

Beberapa wali murid mengaku, mahalnya harga seragam yang dijual sekolah, sudah terjadi beberapa tahun lalu. 

Indah, nama samaran wali murid dari siswa kelas X SMAN 17 Surabaya mengungkapkan hal tersebut. 

Baca juga: DPRD Jatim Minta Usut Dugaan Rantai Bisnis Seragam di Sekolah, Sebut Ada Permainan Dindik Jatim

Ia mengungkapkan di tahun 2022 saat anak pertamanya masuk SMAN 14 Surabaya dikenakan biaya paket lengkap seragam sekitar Rp 2,5 juta untuk seragam nonhijab. 

Sementara anak keduanya yang masuk di SMAN 17 Surabaya harus membeli paket seragam sebesar Rp 2,25 juta untuk paket non hijab atau Rp 2,5 juta untuk paket hijab. 

"Harga segitu untuk kain 4 setel seragam, almamater dan baju olahraga. Sudah lengkap sama kaos kaki,ikat pinggang, badge dan lainnya. Di SMAN 14 sebelum ganti kepala sekolah tahun lalu boleh diangsur, kabarnya tahun ini tidak boleh diangsur. Sama seperti di SMAN 17, saat daftar ulang harus sudah lunas,"ujarnya, Senin (24/7/2023).

Dengan biaya sekitar Rp 300 ribu untuk satu setel seragam dan biaya ongkos jahit sekitar Rp 200ribu, Indah mengaku perkiraan untuk satu setel seragam ia harus menyisihkan uang Rp 500 ribu. 

Baca juga: Sekolah di Surabaya Akui Juga Menjual Seragam Harga Jutaan Rupiah, Tanpa Paksaan

Baca juga: Sekolah Berbisnis Seragam Diduga Libatkan Dindik Provinsi, Kadindik Terjunkan Tim Identifikasi

Jumlah yang terbilang besar jika dibandingkan dengan harga seragam jadi dengan kualitas terbaik di pasaran. 

"Masalahny,a kainnya itu ternyata nggak dijual di tempat lain. Motif kain bawahan abu-abu dan pramuka ada motif garis-garisnya. Saat rok anak saya sobek, saya pernah nyari di toko kain se-Surabaya nggak ketemu. Sampai yang jual kain di pasar Pucang bilang 'oh itu hanya di drop di sekolah-sekolah',"ucapnya menirukan pedagang kain.

Iapun menunjukkan perbedaan motif yang mencolok dari kain yang dibagikan sekolah dengan kain rok pramuka yang ia beli di pasaran. Meskipun jika difoto tidak terlihat jelas, namun jika digunakan akan terlihat perbedaan warna tersebut.

"Kalau mau beli kain ecer di koperasi juga nggak ada, harus beli satu setel dan nunggu tahun ajaran baru pemesanannya. Lah anak saya juga nggak mau kalau pakai seragam bawahannya beda sama teman-temannya. Repotlah kalau harus ganti seragam di tengah-tengah begini,"tegasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Agung, nama samaran wali murid SMKN 13 Surabaya yang mengaku dirinya harus membayar Rp 2 juta untuk empat setel seragam dalam bentuk kain dan kelengkapannya.

Menurutnya harga tersebut terbilang mahal, karena untuk jasa jahit satu setel seragam ia harus meengeluarkan biaya Rp 200ribu per setel seragam. 

"Mau beli di luar, anak saya kok ya nggak mau. Soalnya beda warna juga dari teman-temannya dan nanti takut jadi omongan gurunya kalau tidak beli di sekolah. Ya sudah beli saja,"pungkasnya.

ikuti terus berita seputar skandal Sekolah Berbisnis Seragam

 

 

(sulvi sofiana/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved