Keributan di Tlogomas
Update Kawasan Tlogomas Sudah Kondusif, Jangan Terjadi Lagi Konflik Antar Mahasiswa di Kota Malang
Update Kondisi Kawasan keributan di Tlogomas Malang sudah kondusif, konflik harus menjadi yang terakhir terjadi di Kota Malang.
TRIBUNMATARAMAN.COM - Update Kawasan Kondisi Tlogomas sudah tak lagi mencekam, mahasiswa sepakat tak ada bentrok dengan warga sekitar.
Kondusifitas dan Damai di Tlogomas Malang Setelah Keributan, Pemkot Malang Ajak Seluruh Elemen Masyarakat Bersatu
Keributan yang terjadi di Tlogomas Malang diharapkan menjadi insiden terakhir yang melibatkan pertikaian antar mahasiswa di Kota Malang, terutama yang berakhir dengan korban jiwa.
Pertemuan lintas elemen di Balai Kota Malang pada hari Selasa (27/6/2023) menjadi panggung untuk menyampaikan pesan utama tersebut. Pemkot Malang memfasilitasi pertemuan tersebut yang dihadiri oleh organisasi daerah, TNI/Polri, serta tokoh agama dan perwakilan perguruan tinggi di Kota Malang.
Baca juga: Tlogomas Terakhir, Jangan Ada Lagi Pertikaian Antar Mahasiswa di Kota Malang
Dalam rapat tersebut, seorang lelaki bernama Noris Solo menyampaikan rasa penyesalannya atas peristiwa yang baru saja terjadi.
Noris Solo adalah teman dari Krisnael Murri, mahasiswa Unitri Malang yang meninggal akibat ditusuk. Insiden ini memicu keributan di sebuah kafe yang kemudian meluas ke berbagai tempat, termasuk di Tlogomas Malang.
Noris Solo menceritakan bahwa pada tanggal 24 Juni, saat dirinya sedang merayakan acara wisuda, kebahagiaan tersebut tiba-tiba berubah menjadi duka karena kepergian sahabatnya untuk selamanya. Ia mengungkapkan,
"Momen wisuda seharusnya menjadi momen indah, namun berakhir seperti ini. Saya berharap bisa membawa kenangan indah pulang ke kampung halaman, tetapi kenyataannya tidak demikian." ujarnya.
Sebagai orang pertama yang membantu evakuasi korban, Noris menjelaskan bahwa jenazah sahabatnya telah dipulangkan ke Sumba Barat Daya pada hari Senin (26/6/2023) sekitar pukul 5 sore. Rencananya, jenazah akan dimakamkan besok.
Noris berencana untuk segera pulang ke kampung halamannya. Namun, jika ada tawaran pekerjaan yang baik di Kota Malang, ia tidak akan ragu untuk kembali. Menurutnya, Kota Malang adalah tempat yang menyenangkan.
Pembina Forum Pemuda NTT, Muhammad Ali Akbar menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Kota Malang sebagai pesan damai.
Ia berharap agar perantau dari NTT dapat belajar dari peristiwa tragis yang baru saja terjadi. Ali menekankan pentingnya permohonan maaf sebagai wujud kewajiban moral dari mereka sebagai orang dewasa. Ia menyatakan,
"Saya pikir jika ada tindakan kami yang merugikan masyarakat, sebagai orang yang beradab, kita harus meminta maaf. Kami sebagai para senior memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan permohonan maaf. Saya pikir ini adalah bagian dari cara kami menyampaikan pesan damai. Mari kita melangkah ke arah yang lebih baik lagi. Bhumi Arema telah memberikan banyak hal." tuturnya.
Ketua Keluarga Besar Indonesia Timur Bersatu (KBITB) Malang Raya, Esau Moses Christian mengajak para perantau untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat Kota Malang. Ia juga meminta polisi untuk melakukan penindakan terhadap penjualan minuman keras. Selain itu, ia menekankan agar tidak ada kebencian rasisme yang muncul di tengah masyarakat. Ia berpesan, "Jangan ada rasisme, itu permintaan saya."
Esau Moses Christian mengajak semua perantau dari wilayah timur Indonesia untuk menciptakan kondusifitas. KBITB Malang Raya terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Polresta Malang Kota dan Polres Malang sejak informasi penikaman mencuat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.