Penganiayaan Anak Pejabat DJP
Statement Keras Ketua GP Ansor Trenggalek Terhadap Aksi Pamer Kekayaan Anak Pejabat Kemenkeu
Ketua GP Ansor Trenggalek, Gus Zaki membuat statement keras terkait aksi pamer kekayaan anak pejabat Kemenkeu DJP, Rafael Alun Trisambodo
Penulis: Sofyan Arif Chandra | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Menteri Keuangan, Sri Mulyani mencopot Rafael Alun Trisambodo sebagai Kepala Bagian Umum di Kanwil DJP Jakarta Selatan II buntut penganiayaan yang dilakukan anaknya, Mario Dandy Satrio, kepada David Latumahina, anak pengurus PP GP Ansor Jonathan Latumahina.
Menanggapi hal tersebut, Ketua GP Ansor Trenggalek, Muhammad Izuddin Zakki atau Gus Zaki mengapresiasi langkah cepat yang diambil Sri Mulyani.
"Ini sebagai bentuk keberpihakan pejabat tinggi kepada anak buahnya yang dianggap telah gagal mengelola rumah tangganya sehingga membuat heboh masyarakat," kata Gus Zaki, Jumat (24/2/2023).
Baca juga: BREAKING NEWS - Sri Mulyani Copot Rafael Alun Trisambodo Dari Jabatannya
Langkah berani tersebut diharapkan bisa menjadi efek jera bagi semua pihak terutama orang-orang yang mendapatkan amanah jabatan di instansi pemerintah.
"Tindakan Gercep seperti inilah yang sedikit mengobati luka masyarakat," lanjutnya.
Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah Kecamatan Pogalan tersebut juga mendukung langkah Sri Mulyani yang memerintahkan untuk memeriksa harta kekayaan Rafael.
"Memang harus diusut juga rekening sedemikian (Rp 56,1 miliar) itu wajar atau tidak bagi seorang PNS ditingkat seperti itu," ucap Gus Zaki.
Baca juga: Masyarakat Enggan Lapor SPT Setelah Kasus Penganiayaan Oleh Anak Pejabat, ini Respon Sri Mulyani
Gus Zaki juga menilai sistem bonus yang diberlakukan bagi pegawai pajak yang telah memenuhi target juga perlu dievaluasi.
Menurutnya, memang sudah menjadi tugasnya seorang pegawai pajak bertugas untuk memungut pajak tanpa harus diberi bonus-bonus jika capaian pungutan pajak sesuai target.
"Bonus itu menyakitkan, di masyarakat bawah, guru honorer itu digaji Rp 1,5 juta perbulan, itupun harus sertifikasi, harus mengajar sekian jam dan bahkan upahnya masih dipotong pajak penghasilan," lanjutnya.
Daripada untuk bonus pegawai pajak, Gus Zaki menilai ada baiknya setelah pajak terkumpul para guru honorer tersebut diberi apresiasi.
Gus Zaki lalu menyinggung gaya flexing atau pamer harta kekayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy.
Menurutnya, seorang anak yang dari awal hanya diberi kemewahan tanpa diberi pendidikan agama yang layak atau pendidikan etika dan sopan santun mereka akan kehilangan rasa humanis.
Bahkan Mario tidak menunjukkan rasa bersalah saat sudah ditetapkan tersangka oleh pihak kepolisian.
"Di desa cari Rp 50-100 ribu saja sulit, tapi di sana mereka memamerkan harta kekayaan orang tuanya," ucap Gus Zaki.
"Sedangkan kita di bawah, dikejar-kejar untuk membayar pajak tapi ternyata setelah terkumpul dibuat bonus untuk pegawai pajak, untuk apa kita membayar Pajak kalau sudah terkumpul malah dibuat bonus," pungkasnya.
(sofyan arif candra/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.