Kondisi selokan dipenuhi sedimentasi sehingga menjadi dangkal, elevasinya buruk dan selokan menyempit.
Dampaknya setiap hujan deras terjadi genangan di sejumlah wilayah kota.
"Air lama surut karena antre masuk sungai. Tidak bisa sekedar dikeruk, harus dilebarkan," papar Dwi Hari.
Perbaikan trotoar juga tidak bisa dilakukan per titik karena dinilai akan menghamburkan anggaran.
Perbaikan harus dilakukan menyeluruh dalam satu ruas jalan.
Karena itu proses perbaikan akan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan anggaran.
"Kondisinya jelek, kalau diperbaiki per titik akan buang-buang anggaran. Apalagi saat ini fokusnya bukan trotoar," ujar Dwi Hari.
Tahun 2025 ini Dinas PUPR Tulungagung sedang menyiapkan proyek percontohan trotoar di Jalan Teuku Umar.
Trotoar ruas jalan dari simpang empat 55 hingga sempang empat Kemuning akan diubah lebih modern.
Selain untuk saluran pembuangan air, ada gorong-gorong yang difungsikan untuk penempatan kabel.
"Konsepnya nanti tidak ada lagi kabel yang berseliweran di atas. Semua dimasukkan dalam gorong-gorong," ungkapnya.
Proyek percontohan ini diperkirakan menghabiskan Rp 2,5 miliar untuk trotoar sepanjang sekitar 350 meter, kanan dan kiri jalan.
Jika proyek ini berhasil, maka akan diperluas ke titik-titik lain di Tulungagung.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer