Putra Daerah

Akhmad Fardan Jontano, Mahasiswa Unesa Jadi Sutradara Peraih Juara 3 Film Terbaik Berbahasa Daerah

Ini cerita tentang sosok Akhmad Fardan Jontano, mahasiswa Unesa yang berhasil menjadi juara 3 lomba film berbahasa daerah

Editor: eben haezer
dok.pribadi
SUTRADARA - Akhmad Fardan Jontano, Sutradara Juara Tiga Film Terbaik Berbahasa Daerah dari Universitas Negeri Surabaya 

Ini adalah cerita tentang sosok Akhmad Fardan Jontano (21), mahasiswa Universitas Negeri Surabaya atau Unesa yang berhasil menjadi juara 3 lomba film terbaik berbahasa daerah yang digelar Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

TRIBUNMATARAMAN.COM | SURABAYA -  Menjelajahi laman Instagram adalah kegiatan yang saat ini sering dilakukan, khususnya oleh anak muda. 

Tak terkecuali Akhmad Fardan Jontano.

Melalui kegiatan berjelajah di media sosial, pemuda yang akrab dipanggil Fardan ini menemukan pengumuman Lomba Film Terbaik Berbahasa Daerah yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Selama enam semester menjadi bagian dari Sastra Indonesia Angkatan 2022, Fardan telah mendapatkan banyak sekali pengalaman, melalui mata kuliah dan kegiatan kampus lainnya.

Salah satunya adalah mata kuliah Ekranisasi, yakni proses pengalihwahanaan karya sastra ke media yang berbeda, seperti film.

“Menthil” merupakan judul film berbahasa Jawa yang ia dan teman-teman sekelasnya adaptasi dari cerpen berjudul “Wasesa” karya Yusril Ihza yang berlatar tahun 1900-an.

Judul Menthil sendiri diambil dari salah satu adegan penting yang terdapat dalam cerpen tersebut. 

Di produksi film ini, Fardan bertindak sebagai sutradara. 

Hal ini menjadi sesuatu yang baru bagi Fardan, karena ini adalah pengalaman pertamanya menjadi sutradara yang harus menyatukan banyak kepala dengan ide-ide yang berbeda.

“Dulu pernah bikin film, buat lomba. Cuma kalau dulu, aku yang jadi sutradara, aku penulis naskahnya, aku juga pemainnya. Jadi, buat kali ini aku dapet banget pembelajaran mengenai perfilman yang sebelumnya belum benar-benar matang,” tutur Fardan. 

Bermodalkan rasa ingin mencoba dan tantangan dari DPA (Dosen Pembimbing Akademik) yang sekaligus dosen pengampu mata kuliah Ekranisasi, bahkan sebelum film ini dibuat, Fardan pun membagikan unggahan tersebut ke grup kelasnya di WhatsApp.

“Waktu itu pas MBKM. Jadi, temen-temen banyak yang di daerah masing-masing, termasuk aku. Aku share aja ke WA. Eh, temen-temen pada setuju,” dengan sedikit senyum di wajahnya, pemuda yang saat ini sedang menjalani DKP Studi Independent itu menjelaskan.

Maksimal durasi film yang menjadi ketentuan dalam perlombaan ini adalah 20 menit.

Tetapi Menthil memiliki durasi 40 menit.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved