Eksklusif

Mimpi Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi: Kalau Bisa Jangan Sampai Ada Rujukan ke Luar Blitar

Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, dr Woro , berharap agar layanan RS semakin memuaskan sehingga pasien tak harus dirujuk keluar Blitar

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
LAYANAN KESEHATAN - Pemred Tribun Jatim Network, Tri Mulyono (kiri) sedang berbincang dengan Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, dr Endah Woro Utami, Selasa (4/2/2025). Saat ini, RSUD Ngudi Waluyo sedang mengembangkan pelayanan kesehatan unggulan untuk masyarakat Blitar. 

Masuk satu sehat aplikasi Kemenkes sudah terhubung, sehingga pasien sudah terlacak pengobatannya dan terpenting lagi dengan digital itu masyarakat tidak perlu antre.

Dicari rekam medisnya. Kalau dulu kan ada pasien marah-marah. Ada rumah sakit bupatinya marah, tapi tidak di sini, karena harus antre mencari rekam medis. Kini tinggal diklik. Peran digital untuk mutu.

Kemudian tidak hanya itu. Untuk resepnya sudah digital e-resep. Dulu antre obat bayangkan. Harus ditulis, dokternya datang. Sekarang tidak, begitu pasien masih diedukasi dokter, resep sudah terkirim.

Kami punya inovasi apotek tanpa antrean (Arjuna). Mereka tidak antre bisa delivery, bahkan waktu itu kami antar ke rumah.

Sekarang tidak diantar ke rumah, begitu datang waiting time, biasanya obat diracik 2 jam, sekarang sudah bisa 30 menit. Sehingga tidak banyak komplain dan biaya tidak banyak.

Sampai pasien pulang, setelah dirawat inap juga begitu. Begitu pasien lab, hasilnya digital. Dikirim tinggal buka hasil lab.

Terpenting lagi tidak hanya di pelayanan, kami manajemen juga punya digital. Mulai dari perencanaan kami punya inovasi yaitu Sisir Putri. Itu wujud transparan kami.

Dengan inovasi itu, perencanaan kebutuhan di ruangan obat, butuh apa itu, harus masuk digital. Tidak ada sampai ada obat habis. Harapannya ini terus berlangsung.

TRIBUNJATIM NETWORK - Bu Woro, apa harapan atau cita cita yang masih belum tercapai di rumah sakit?

dr Woro :  Sebenarnya kepuasan pasien itu ada tiga macam. Jadi bisa langsung ke web kami, maupun ke petugas. Kedua kami punya indeks kepuasaan masyarakat lewat satu sistem langsung. Habis dilayani mereka langsung (memberikan penilaian). Terakhir, ada pihak luar yang menilai.

Rata-rata memang terkait pelayanan, pertama tentu SDM, terutama pelayanan dokter, itu kelemahan kami. Akan terus kami tingkatkan.

Lalu yang tidak bisa dilayani di sini harus dirujuk. Itu kami upayakan di tahun ini. Dokter kami upayakan disiplin. Ada supervisi. Pembinaan terus ditingkatkan.

Terkait rujukan jangan sampai di luar Blitar. Misalnya sakit jiwa harus ke Surabaya, Malang. Sekarang di sini dokter jiwa ada.

Tadi pelayanan jantung sampai pasang ring, kami dapat hibah dari pemerintah. Nanti, jadi rujukan, semua di wilayah Blitar ke sini, tidak usah keluar Blitar. Kami dipilih itu dan dapat anggaran dari pusat.

Kemudian kanker kemoterapi diusahakan ada tahun ini, juga untuk stroke trombolitik jadi empat jam sudah ditangani, itu juga dapat hibah dari kementerian. Kami ditunjuk juga diberi fasilitas. Harapan kami gratis.

TRIBUNJATIM NETWORK - Terakhir, ceritakan sosok Bu Woro? Mulai sekolah sampai meniti karir menjadi Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi?

dr Woro :  Saya kalau boleh dibilang masa kecil anak orang tidak mampu. Saya asli Blitar. Karena orang tidak mampu dan kesulitan berobat waktu itu, akhirnya cita-cita saya dari kecil ingin jadi dokter.

Pendidikan saya lancar. Mulai SD Sananwetan 5 sekarang menjadi SDN Sananwetan 3 Kota Blitar, lalu SMPN 3 Kota Blitar, dan SMAN 1 Kota Blitar. Selanjutnya masuk Fakultas Kedokteran UB.

Setelah lulus, waktu itu 1998, saya dapat tugas di desa di wilayah Pantai Prigi Trenggalek. Jadi pegawai tidak tetap. Tiga tahun wajib kerja di Prigi, di Puskesmas Watulimo. Satu-satunya dokter (di Watulimo), dulu masih jarang ada dokter.

Setelah itu, 2002 diterima pegawai negeri ditempatkan di Panggul Trenggalek. Saya ingin pulang waktu itu, ingin merawat orang tua, bapak ibu sudah sepuh, dan saya anak perempuan satu-satunya. Saya ingin kembali (ke Blitar) dan akhirnya diberi peluang di Kabupaten Blitar pada 2006.

Langsung di rumah sakit (RSUD Ngudi Waluyo Wlingi). Saya jaga IGD. Belajar di rumah sakit, dari bawah. Baru masuk manajemen mulai 2008. Dari kasi, kabid, dan pada 2012 jadi wakil direktur.

Pada 2017 ditunjuk menjadi Plt (pelaksana tugas) direktur dan pada 2019 dipercaya menjadi direktur rumah sakit sampai sekarang.

(samsul hadi/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved