Profil Situbondo: Surga Tersembunyi di Jawa Timur dengan Pesona Kekayaan Alam di Tapal Kuda

TRIBUNMATARAMAN.COM | SITUBONDO - Kabupaten Situbondo, yang terletak di pesisir utara Jawa Timur, Indonesia, adalah wilayah administratif dengan ibu kota di Kecamatan Situbondo.

Terletak di daerah yang dikenal sebagai Tapal Kuda, wilayah ini terkenal dengan berbagai perkebunan, seperti tebu dan tembakau, serta kawasan hutan lindung Baluran.

Selain perkebunan, ekonomi di Situbondo juga didukung oleh perikanan dan tambak udang.

Posisinya yang strategis sebagai jalur darat antara Jawa dan Bali menjadikan Situbondo sebagai tempat persinggahan penting.

Hal ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, terutama dengan adanya destinasi wisata seperti Taman Nasional Baluran dan Pantai Pasir Putih.

Di wilayah ini, Pelabuhan Panarukan memiliki sejarah sebagai titik akhir Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan, yang dibangun pada masa kolonial Belanda.

Penduduk Situbondo mayoritas berasal dari Suku Madura, dengan sejumlah pendatang yang bekerja sebagai pegawai atau wirausaha.
Geografi

Situbondo memiliki luas wilayah 1.638,50 km⊃2; yang terbentang sepanjang 150 km di pesisir utara Tapal Kuda. Ibu kota kabupaten terletak di Kecamatan Situbondo, dan dari 17 kecamatan yang ada, 13 di antaranya berbatasan langsung dengan laut.

Kecamatan Sumbermalang adalah yang tertinggi dengan elevasi mencapai 1.223 meter di atas permukaan laut, sementara Kecamatan Banyuputih memiliki area terluas (481,67 km⊃2;).

Di tahun 2019, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan total 3.549 mm, dan Januari menjadi bulan terbasah dengan 16 hari hujan.

Pada masa kolonial, Kabupaten Situbondo dikenal sebagai Kabupaten Panarukan. Nama ini diubah menjadi Situbondo pada 1972 di bawah kepemimpinan Bupati Achmad Tahir.

Perubahan ini diresmikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1972 yang juga menetapkan Kecamatan Situbondo sebagai ibu kota kabupaten.

Sejarah dan Ekonomi

Dahulu, Situbondo dipercaya sebagai danau besar. Dalam sejarahnya, wilayah ini terlibat dalam Perang Paregreg antara Kerajaan Majapahit dan Blambangan. Masyarakat Situbondo saat ini berasal dari berbagai suku, terutama Suku Madura dan Jawa.

Perekonomian Situbondo dulunya bergantung pada industri gula dengan perkebunan di daerah Asembagus, Panji, Olean, Wringin Anom, Demas, dan Prajekan.

Namun, setelah menurun pada 1980-an, ekonomi beralih ke sektor perikanan, khususnya tambak udang. Produk udang Situbondo bahkan diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.

Mangga dari Situbondo, seperti varietas manalagi, gadung, dan arumanis, cukup populer meski belum dikembangkan dalam skala besar.

Selain itu, sumber daya alam seperti minyak bumi di Olean belum dimanfaatkan secara optimal.

Pariwisata dan Destinasi Unggulan

Situbondo terkenal dengan Pantai Pasir Putih, sekitar 23 km dari ibu kota. Pantai ini terkenal dengan pasir putih yang lembut dan pemandangan pantai yang landai. Di masa lalu,

Pantai Pasir Putih kaya akan kehidupan laut seperti kuda laut dan terumbu karang berwarna, yang kini semakin langka.
Struktur Pemerintahan

Kabupaten Situbondo terdiri dari 17 kecamatan, 4 kelurahan, dan 132 desa.

 Berikut beberapa kecamatan utama:

    Arjasa (8 Desa)
    Asembagus (10 Desa)
    Banyuglugur (5 Desa)
    Besuki (10 Desa)
    Bungatan (7 Desa)
    Jangkar (8 Desa)
    Jatibanteng (8 Desa)
    Kapongan (10 Desa)
    Kendit (7 Desa)
    Mangaran (6 Desa)
    Mlandingan (7 Desa)
    Panarukan (8 Desa)
    Panji (2 Kelurahan dan 10 Desa)
    Situbondo (2 Kelurahan dan 4 Desa)
    Suboh (8 Desa)
    Sumbermalang (9 Desa)

Dengan kekayaan alam yang beragam dan posisi geografis yang strategis, Situbondo memiliki potensi besar dalam ekonomi dan pariwisata.

Dukungan pengembangan yang tepat di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata dapat semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memajukan daerah ini sebagai salah satu destinasi unggulan di Jawa Timur.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(tribunmataraman.com)