Berita Terbaru Kota Surabaya

Qomarul Lailiah, ASN Surabaya yang Jadi Satu-satunya Wasit Perempuan Cabor Bulu Tangkis di Olimpiade

Inilah sosok Qomarul Lailiah, ASN Perempuan asal Surabaya yang dipercaya menjadi salah satu wasit cabor Badminton dalam Olimpiade Paris 2024

Editor: eben haezer
bobby c koloway
Wasit bulu tangkis untuk Olimpiade Paris 2024 asal Surabaya, Qomarul Lailiah saat ditemui di sela pekerjanya beberapa waktu lalu. 

TRIBUNMATARAMAN.COM |SURABAYA - Di tengah ingar bingar Olimpiade Paris 2024 yang telah berakhir, sebenarnya ada sosok ASN Perempuan asal Surabaya yang turut berkiprah. 

Dia adalah Qomarul Lailiah (47), wasit perempuan untuk cabor bulutangkis yang  dipilih Badan Bulu Tangkis Dunia (BWF) sebagai salah satu wasit bulutangkis untuk olimpiade di Paris. 

Ditemui jurnalis Tribunjatim Network, Qomarul menyatakan pengalamannya berkiprah di Olimpiade Paris 2024. 

Dia menyebut, kiprah di Olimpiade ini bukanlah pengalaman yang pertama baginya. Pada Olimpiade Tokyo 2020, ia turut menjadi wasit.

"Undangan untuk jadi wasit Olimpiade Paris sudah kami terima sejak akhir 2023. Sehingga, persiapannya memang cukup panjang," kata Lia dikonfirmasi di Surabaya, Minggu (18/8/2024).

ASN guru Bahasa Inggris SD di Surabaya ini mengaku menjadi wasit bulu tangkis bukanlah cita-citanya. 

"Awalnya sekitar tahun 1998, saya diajak rekan guru olahraga untuk menjadi hakim garis di kejuaraan sebuah sekolah. Dari sana, saya kemudian seringkali mengikuti kejuaraan dengan menjadi hakim garis," katanya.

Dari sana, ia mulai mendalami aturan buku tangkis hingga akhirnya mengikuti sertifikasi wasit tingkat Jawa Timur pada 2000. Hanya dalam tempo 5 tahun, sertifikasi wasit nasional B, wasit nasional A, hingga Wasit Asia Accredited telah ia peroleh.

Diakuinya, salah satu kunci kesuksesannya mendapatkan sejumlah sertifikat wasit dalam tempo yang relatif cepat karena kemahirannya berbahasa Inggris.

"Biasanya, proses sertifikasi ini bersamaan dengan kejuaraan. Untuk mendapatkan sertifikasi Wasit Nasional A harus memimpin dengan Bahasa Inggris," katanya.

Keahlian dalam berbahasa internasional inilah yang menjadi tantangan wasit asal Indonesia.

"Kalau dalam praktik, kami bisa menjamin kalau wasit asal Indonesia tidak kalah dengan wasit asing. Hanya kendalanya bahasa Inggris," katanya.

"Maka, kami sebagai senior selalu mendorong para junior kami. Kalau memang ingin di level ini, mau tidak mau, suka tidak suka, harus bisa bahasa internasional," kata peraih sertifikasi BWF Accredited tahun 2015 tersebut.

Diakuinya, tantangan wasit perempuan lebih besar dibandingkan wasit laki-laki. Perempuan harus bisa membagi waktu antara profesi dia sebagai wasit, profesi sehari-hari, hingga ibu di rumah sekaligus.

"Karena ini wanita, tantangan lebih besar. Kami harus multifungsi. Kita harus bisa mengatur waktu," kata guru SDN Sawunggaling 1 Surabaya ini.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved