Berita Terbaru Kota Blitar

Kampung Pande Besi di Kota Blitar Tetap Eksis Bertahan dari Gempuran Alat Pertanian Pabrikan

Eksistensi Kampung Pande Besi di Kota Blitar yang masih bertahan di tengah alat pertanian dari Pabrikan. Begini sejarahnya.

|
Penulis: Samsul Hadi | Editor: faridmukarrom
Samsul Hadi
Gunarjo, salah satu pande besi yang masih bertahan di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. 

"Kalau mulai kerja ikut pande besi sekitar 1994. Lalu buka pande besi sendiri sekitar 2000-an," ujarnya.

Gunarjo bisa dikatakan nekat ketika memulai membuka pande besi sendiri. Karena, ketika ia mulai buka pande besi sendiri, kondisi usaha pande besi di Kelurahan Gedog mulai menyusut.

Suasana pembuatan Pande Besi di Kota Blitar
Suasana pembuatan Pande Besi di Kota Blitar

Banyak pande besi gulung tikar karena kalah bersaing dengan alat pertanian pabrikan seperti mesin traktor dan cangkul buatan pabrik.

"Saya nekat buka sendiri karena sudah punya pelanggan di luar Jawa. Sebelum buka sendiri, saya belajar mencari pasar cangkul di luar Jawa," katanya.

Meski produksinya tidak sebanyak dulu, usaha pande besi milik Gunarjo tetap bertahan sampai sekarang. Sehari, ia rata-rata masih bisa produksi 10 cangkul.

Selain melayani pelanggan Blitar, ia juga masih mengirim pesanan cangkul ke luar Jawa, seperti Ambon, Kalimantan Timur, Sorong dan Manokwari.

"Kalau harga jual cangkul mulai Rp 60.000 sampai Rp 150.000. Kami tetap menjaga kualitas untuk bisa bertahan," ujarnya. (sha)

Era Kejayaan Pande Besi di Kelurahan Gedog

Para perajin cangkul di Kampung Pande Besi Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar pernah merasakan masa kejayaan di era 1970-an sampai 1990-an.

Di masa itu, pesanan cangkul dari luar Jawa sangat banyak. Hampir semua warga di Kelurahan Gedog memproduksi cangkul.

"Di masa itu, pesanan cangkul paling banyak dari Lampung. Karena, banyak orang Jawa yang ikut transmigrasi di Lampung," kata Suherman (68), salah satu pande besi di Kelurahan Gedog, ditemui di rumahnya, Jumat (1/3/2024).

Suherman, salah satu pande besi yang masih bertahan sampai sekarang. Tapi, saat ini, produksi cangkul milik Suherman turun drastis.

Suherman memproduksi cangkul dibantu dua anaknya, Hermawan (46) dan Budi (42). Sekarang, Suherman hanya mampu memproduksi tiga sampai lima cangkul sehari.

"Dulu, pande besi di sini (Kelurahan Gedog) jor-joran (besar-besaran). Hampir semua warga di lingkungan sini jadi pande besi," ujarnya.

Suherman sempat mengenang masa kejayaan pande besi di Kelurahan Gedog di era 1970-an sampai 1990-an.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved