Mahasiswa Politeknik Dianiaya Senior
Setelah Taruna Meninggal Dianiaya Senior, Poltekpel Surabaya Kampanyekan Stop Kekerasan
Setelah seorang taruna meninggal diduga karena dianiaya seniornya, Politeknik Pelayaran Surabaya atau Poltekpel Surabaya kampanyekan stop kekerasan
TRIBUNMATARAMAN.COM - Politeknik Pelayaran Surabaya atau Poltekpel Surabaya mengampanyekan Stop Kekerasan.
Kampanye ini mereka buat setelah M Rio Ferdinan Anwar, salah satu taruna D4 Transportasi Laut, meninggal dunia karena dianiaya oleh seniornya.
Sampai saat ini, polisi telah menetapkan seorang senior korban sebagai tersangka.
Baca juga: Polisi Tetapkan 1 Tersangka Kasus Tewasnya Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya, Begini Sosoknya
Dalam video Tiktok yang dibuat akun official poltekpel_sby, Minggu (12/2/2023), terlihat kampanye ini mereka lakukan dengan memasang spanduk bertuliskan "STOP KEKERASAN DI DALAM KAMPUS DAN DI LUAR KAMPUS. KEKERASAN ADALAH KEJAHATAN YANG DIPIDANAKAN"
Selain itu, dalam video juga terlihat para taruna Poltekpel Surabaya mengenakan pita hitam di lengan seragamnya sebagai tanda turut berduka cita atas meninggalnya Rio.
Baca juga: Polisi Bongkar Makam Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya yang Diduga Tewas Dianiaya Senior
Baca juga: Video CCTV Detik-detik Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Tewas Dibopong Senior Beramai-ramai
Diberitakan sebelumnya, seorang taruna muda atau mahasiswa dari sebuah kampus politeknik di Surabaya, meninggal dunia diduga karena dianiaya oleh seniornya.
Taruna muda bernama M Rio Ferdinan Anwar (19) itu diduga menjadi korban perundungan yang disertai kekerasan fisik oleh seniornya.
Pasalnya, pihak keluarga menemukan sejumlah bekas luka memar dan bercak darah pada beberapa bagian kulit luar tubuh korban.
Ayah korban, M Yani mengaku, baru mengetahui kabar anaknya tewas, pada Senin (6/2/2023) dini hari tadi.
Informasi itu dia dapat dari perwakilan kampus.
"Dapat kabar anak saya meninggal itu jam pukul 22.48. Dikabari dokter W Poltekpel, kalau anak saya sudah meningggal ada di rumah sakit Sukolilo Surabaya," ujarnya saat ditemui awak media di halaman Mapolsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023).
Setelah tiba di bangsal kamar mayat di RS Haji, Sukolilo, Surabaya, dan melihat kondisi tubuh sang anak yang terbujur kaku tak bergerak, dia mendapati ada sejumlah bekas tanda memar pada beberapa bagian kulit tubuh sang anak.
"bibirnya itu bengkak, pecah. terus hidung kanan itu juga bengkak. Dahi kanan kiri memar. Pipi, leher sama dada memar gosong-gosong semua. Terus mulut mengeluarkan darah, gak ada hentinya," terang
M Yani menduga, anaknya yang baru menjalani masa perkuliahan selama 5 bulan pada semester satu itu, tewas karena luka akibat penganiayaan.
"Nggak tahu, kalau yunior kan. mungkin sama seniornya dibuat tradisi atau gimanakan. Sering dihajar," katanya.
Penjelasan Direktur Poltekpel Surabaya
Sementara itu, Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, Heru Widada mengatakan, pihaknya telah menyerahkan proses penyelidikan dugaan penganiayaan mahasiswa politeknik itu kepada Polrestabes Surabaya.
pihaknya tetap kooperatif, terbuka dan transparan terhadap proses penyelidikan dan penyidikan yang sedang dilakukan oleh pihak Polrestabes Surabaya.
Dia memastikan pula, bila polisi butuh keterangan saksi lain, pihak kampus akan membantu menghadirkan.
"Tentunya kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas luas, seterang benderangnya. Apa yang gerangan terjadi, pada malam senin tersebut," jelasnya.
Kemudian, apabila benar ada dugaan kekerasan dalam peristiwa ini, kampus akan memberikan sanksi secara kelembagaan. Bentuknya bisa berupa pemecatan atau dikeluarkan dari Poltekpel Surabaya.
"Nanti tentunya, kalau ada tindak pidana, kami akan serahkan, ke pihak polisi. Kalau memang dari sisi aturan pendidikan dan arahan kepala bidang pengembangan SDM perhubungan, sudah jelas; mengutuk keras tindakan itu. Dan tentunya akan disanksi, dan sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan," terang mantan Direktur Poltekpel Banten itu.
Heru mewakili jajaran civitas akademika Poltekpel Surabaya, dan Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kemenhub RI, juga menyampaikan belasungkawa atas kematian korban.
"Tadi saya bersama dengan teman-teman juga menghadiri pemakamannya, bertemu dengan orangtuanya, ketemu dengan neneknya. Karena Rio ini, merupakan cucu yang sangat disayang oleh neneknya, dan dia taat beribadah," terangnya.
Senior Jadi Tersangka
Lebih jauh, setelah melakukan penyelidikan, polisi akhirnya menetapkan mahasiswa berinisial AJP sebagai tersangka pertama.
AJP adalah pria asal Surabaya yang tak lain senior satu tingkat korban.
AJP ditetapkan tersangka setelah Unit Resmob Polrestabes Surabaya melakukan penyelidikan selama dua hari.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Mirzal Maulana mengatakan, korban tewas akibat perploncoan. Korban dihajar di dalam kamar mandi. Ada pukulan yang mengenai perut korban.
"Korban kena dua kali pukulan di perut. Sehingga ini mengakibatkan korban terjatuh dan meninggal dunia," ujar Mirzal.
Selain perut, sebelum korban tewas disinyalir juga menerima pukulan di bagian tubuh lain. Sebab, dari hasil visum, bibir korban sobek. Kemudian, ada gigi korban yang hampir lepas.
Pipi kanan dan hidung korban pun juga terdapat luka lebam. Lalu, dada dan leher korban juga mengalami luka memar. Hanya saja, korban saat itu malah diisukan tewas karena terpleset dari dalam kamar mandi.
Orang tua korban melihat adanya kejanggalan tersebut akhirnya membuat laporan ke polisi.
Dari hasil penulusuran, ada bukti rekaman CCTV sebelum korban tewas masuk ke toilet kampus dengan dibarengi oleh 4 orang.
Kronologi Kematian Korban
Rekaman CCTV itu memperlihatkan semula korban berjalan pelan sendirian dengan mengenakan seragam warna loreng biru masuk ke dalam kamar mandi.
Kemudian, salah seorang mahasiswa terlihat lari keluar kamar mandi. Selanjutnya, ada tiga orang bercakap-cakap dengan posisi tubuh saling bertatapan, seperti sedang mendiskusikan suatu hal.
Tak lama setelah itu, ada seorang mahasiswa lari masuk kamar mandi dengan menenteng seragam warna hitam.
Indikasi korban mengalami kekerasan di dalam kamar makin kentara. Sebab, selang beberapa menit, dia dari kamar mandi dengan kondisi dibopong 4 orang. Seragam yang dikenakan Roni semula warna loreng biru berubah menjadi warna hitam.
AKBP Mirzal Maulana menceritakan, sebelum dihabisi di kamar mandi, korban sedang berada di ruang makan.
Lalu beberapa seniornya memerintahkan ia masuk ke dalam toilet.
Nah, di dalam toilet itulah tersangka melayangkan 2 kali pukulan ke perut korban.
"Hal itu yang mengakibatkan korban terjatuh dan meninggal dunia," ujar Mirzal.
Akan tetapi, belum terungkap siapa yang membuat wajah dan dada Roni lebam, membuat giginya tanggal, serta mengganti baju seragamnya.
Mohammad Yani, ayah almarhum Roni mengatakan sempat bertemu tersangka di Polrestabes Surabaya.
Pemuda itu merengek meminta maaf kepada Yani dan mengaku menganiaya korban atas perintah seorang mahasiswa berinisial G.
"Saya dapat info kalau penyidik akan segera melakukan gelar perkara. Dari situ, Insya Allah tersangka bisa bertambah," pungkasnya.
(tribunmataraman.com)
Mahasiswa Politeknik Pelayaran
kampanye stop kekerasan Poltekpel Surabaya
tersangka penganiayaan mahasiswa Poltek Pelayaran
Poltekpel Surabaya berduka
Breaking News: Senior Pembunuh Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Hanya Divonis 4 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Awal Kematian Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Terbongkar, Berawal dari Kecurigaan Ayah |
![]() |
---|
Viral Kematian Mahasiswa Politeknik Pelayaran Akhirnya Terungkap, Korban Babak Belur Dihajar Senior |
![]() |
---|
Senior Jadi Tersangka Kematian Mahasiswa Poltek Pelayaran Surabaya, Sempat Minta Maaf ke Ayah Korban |
![]() |
---|
Terungkap Detik-detik si Senior Alphard Yales Saat Habisi Nyawa Mahasiswa Politeknik Surabaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.