Mahasiswa Politeknik Dianiaya Senior

Polisi Tetapkan 1 Tersangka Kasus Tewasnya Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya, Begini Sosoknya

Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Zainul mengatakan pihaknya menetapkan 1 tersangka tewasnya Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya.

|
Editor: faridmukarrom
ist
Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Zainul mengatakan pihaknya menetapkan 1. tersangka tewasnya Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya. Foto (foto kiri) Tim forensik Labfor Polda Jatim dan Resmob Polrestabes Surabaya membongkar makam mahasiswa Poltek Pelayaran yang meninggal diduga dianiaya seniornya di pemakaman Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Selasa (7/2/2023). FOto kanan: korban semasa hidup dan berkuliah di Poltek Pelayaran Surabaya 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Polisi tetapkan tersangka penganiayaan Mahasisw Politeknik Pelayaran Surabaya hingga tewas.

Diketahui seorang Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya tewas usai dianiaya oleh senior.

Hingga akhirnya polisi melakukan proses penyelidikan dalam kasus ini.

Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Zainul Abidin mengatakan pihaknya menetapkan 1 orang jadi tersangka dalam kasus ini.

Sosok tersangka itu berinisial AJP (19) warga Kecamatan Sawahan, Surabaya.

Tersangka juga diketahui sebagai senior angkatan atau leting, atau satu tingkat diatas korban, selama di asrama Poltekpel Surabaya. 

Menurut AKP Zainul Abidin, tersangka mengakui perbuatannya penganiayaan terhadap korban. 

Penganiayaan tersebut dilakukannya pada pukul 19.30 WIB, di dalam kamar mandi asrama Gedung Poltekpel Surabaya. 

Cara tersangka menganiaya korban, lanjut Abidin, dengan memukul sebanyak dua kali pada tubuh bagian perut korban. 

Pukul telak tanpa perlawanan dari korban itu menyebabkan korban terjatuh, dan meninggal dunia. 

"Pelaku memukul korban dengan menggunakan tangan kanan sebanyak 2 kali pada perut korban, mengakibatkan korban terjatuh,dan korban meninggal dunia," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Rabu (8/2/2023). 

Atas penetapan tersangka tersebut, penyidikan juga menyita sejumlah barang bukti dua buah bekas tisue yang terdapat berkas darah, dua buah bekas gelas air minum merek 'Rejo', sebuah alat cukuran.

Dan, hasil rekam medis atau visum korban, rekaman CCTV, dan pakaian yang dipakai pada waktu kejadian. 

Video CCTV Korban Digeret Senior Usai Tewas

Video CCTV detik-detik Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya digeret usai dianiaya oleh senior.

Diketahui mulai terungkap lokasi pasti, Muhammad Rio Ferdinan Anwar (19) mahasiswa atau taruna muda Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya pada Minggu (5/2/2023) malam. 

Ayahanda korban M Yani menduga kuat, anaknya itu mengalami perundungan (bully) hingga disertai kekerasan fisik di dalam salah satu kamar mandi asrama, Poltekpel Surabaya, di kawasan Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya.

Insiden tersebut diperkirakan terjadi sekitar pukul 18.30 WIB, pada Minggu (5/2/2023). 

Hal tersebut diketahuinya dari temuan bukti rekaman CCTV dari beberapa sudut (angle) kamera yang terpasang di sepanjang lorong area bangunan. 

Namun, M Yani menerangkan, momen paling kentara yang merekam detik-detik terakhir anaknya diduga kuat menjadi sasaran perundungan dan kekerasan fisik, terletak pada dokumentasi video CCTV yang berada di bagian lorong tepat di depan sisi langit-langit pintu kamar mandi. 

Berikut adalah Video CCTV detik-detik Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya digeret usai dianiaya oleh senior. Korban digeret beramai-ramai
Berikut adalah Video CCTV detik-detik Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya digeret usai dianiaya oleh senior. Korban digeret beramai-ramai (Istimewa)

Dari video CCTV yang dilihatnya dari dalam ruang operator pengawas CCTV di Poltekpel Surabaya, pada Senin (6/2/2023) dini hari. 

M Yani sempat melihat sosok sang anak yang masih hidup, tampak berjalan pelan dengan langkah kaki tegap sendirian menujukan lorong tersebut lalu masuk ke dalam kamar mandi. 

Ia menyebutkan, anaknya itu masuk seorang diri ke dalam kamar mandi, atas perintah dari beberapa orang seniornya. 

"Posisi masuk sendirian anak saya atas perintah seniornya. Ini kelanjutannya tadi anak saya waktu disuruh masuk kamar mandi akan di eksekusi," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Selasa (7/2/2023). 

Kemudian, di dalam kamar mandi tersebut, diduga kuat, sudah ada dua senior dari anaknya, yang telah bersiap menunggu untuk melakukan perundungan hingga disertai kekerasan fisik. 

"Ini anak saya yang pakai baju doreng disuruh seniornya yang pakai baju hitam disuruh masuk kamar mandi dan di dalam kamar mandi sudah ada yang menunggu para seniornya," terangnya. 

Entah berapa lama waktu momen eksekusi perundungan hingga disertai kekerasan fisik yang dilakukan oleh sejumlah senior, terhadap anaknya. 

Karena pada beberapa penggalan video CCTV yang dilihatnya itu. Sempat terekam momen sosok yang diduga kuat senior dari sang anak, berjalan keluar dari kamar mandi. 

Kemudian, sempat terekam momen tiga orang diduga kuat senior dari sang anak tampak bercakap-cakap dengan posisi tubuh bertatapan seperti sedang mendiskusikan suatu hal. 

Namun, M Yani begitu teriris hatinya, saat melihat beberapa orang siswa yang semula diduga kuat senior sang anak mulai keluar dari kamar mandi seraya membopong tubuh anaknya yang dalam keadaan tak berdaya. 

"Jam 20.00 dari pantauan CCTV sudah meninggal diangkat dari dalam kamar mandi. Ini waktu evakuasi jenazah dari dalam kamar mandi," katanya.

Firasat Ayah M Yani

Firasat Ayah korban soal anaknya MRFA (19) Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya yang tewas diduga akibat perundungan.

Diketahui seorang Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya dilaporkan tewas pada Senin (6/2/2023).

Korban diduga tewas usai dianiaya oleh seniornya di Kampus Politeknik Pelayaran Surabaya.

Ayah korban M Yani menuturkan jika korban sempat mengeluh akibat perundungan yang terjadi sebelum tewas.

Menurut M Yani, selama menjalani perkuliahan kurun waktu lima bulan ini sang anak memang acap mengeluh atas adanya aksi dugaan perundungan tersebut. 

Keluhan dari sang anak itu, acap disampaikan kepada sang nenek atau ibunda dari A Yani, setiap pulang akhir pekan pada sabtu dan minggu.

"Tapi Sebelumnya anaknya, sering mengeluh kalau dirumah (cerita) sering dibully, dihajar sama seniornya. Terus bilang gini, ini kalau kuat saya teruskan, kalau nggak kuat, saya juga keluar," jelasnya. 

Kemudian, setiap dirinya mendengar keluhan dari sang anak. M Yani mengaku, selalu memberikan motivasi kepada sang anak. Termasuk untuk memfasilitasi jikalau keluar dari kampus dan memilih menjadi wirausaha. 

"Terus saya bilang gini nak kalau nggak kuat keluar aja. Nanti kan cari usaha lain juga bisa. Iya sudah sering mengeluh. Tiap pulang sabtu minggu. Itu cerita sama neneknya di rumah," imbuhnya.

Korban Alami Luka Lebam

Sementara itu, pihak keluarga menemukan sejumlah bekas luka memar dan bercak darah pada beberapa bagian kulit luar tubuh korban. 

"bibirnya itu bengkak, pecah. terus hidung kanan itu juga bengkak. Dahi kanan kiri memar. Pipi, leher sama dada memar gosong-gosong semua. Terus mulut mengeluarkan darah, gak ada hentinya," terangnya.

Tanggapan kampus Politeknik Pelayaran

Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya angkat bicara soal dugaan penganiayaan oleh senior yang menyebabkan seorang taruna muda meninggal. 

Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, Heru Widada mengatakan, pihaknya telah menyerahkan proses penyelidikan dugaan penganiayaan mahasiswa politeknik itu kepada Polrestabes Surabaya. 

Dijelaskannya, hingga saat ini sudah ada 12 orang siswa atau mahasiswa yang diperiksa oleh penyidik Polrestabes Surabaya, atas dugaan kasus tindakan penganiayaan tersebut.

"Untuk sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9-12 orang, di Polrestabes Surabaya. Sudah berjalan sejak tadi siang. Hingga saat ini,"  ujarnya saat ditemui awak media di kantornya Gedung Poltekpel Surabaya, Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023).

Dia menjelaskan, beberapa saksi yang diperiksa terdiri dari senior dan teman satu angkatan korban.  

Heru menegaskan, pihaknya tetap kooperatif, terbuka dan transparan terhadap proses penyelidikan dan penyidikan yang sedang dilakukan oleh pihak Polrestabes Surabaya. 

Dia memastikan pula, bila polisi butuh keterangan saksi lain, pihak kampus akan membantu menghadirkan. 

"Tentunya kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas luas, seterang benderangnya. Apa yang gerangan terjadi, pada malam senin tersebut," jelasnya. 

Kemudian, apabila benar ada dugaan kekerasan dalam peristiwa ini, kampus akan memberikan sanksi secara kelembagaan. Bentuknya bisa berupa pemecatan atau dikeluarkan dari Poltekpel Surabaya.

"Nanti tentunya, kalau ada tindak pidana, kami akan serahkan, ke pihak polisi. Kalau memang dari sisi aturan pendidikan dan arahan kepala bidang pengembangan SDM perhubungan, sudah jelas; mengutuk keras tindakan itu. Dan tentunya akan disanksi, dan sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan," terang mantan Direktur Poltekpel Banten itu. 

Saat ditanya mengenai lokasi insiden dugaan kekerasan fisik hingga mengakibatkan hilangnya nyawa tersebut. Heru enggan mengungkapkannya. 

"Sekali lagi, ini masih dalam tahap pendalaman oleh pihak Polrestabes. Sehingga biarlah nanti dari pihak Polrestabes yang menyampaikan kejadiannya ini, dimana dan seperti apa," katanya. 

Kampus Berbelasungkawa

Heru mewakili jajaran civitas akademika Poltekpel Surabaya, dan Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kemenhub RI, juga menyampaikan belasungkawa atas kematian korban.

"Tadi saya bersama dengan teman-teman juga menghadiri pemakamannya, bertemu dengan orangtuanya, ketemu dengan neneknya. Karena Rio ini, merupakan cucu yang sangat disayang oleh neneknya, dan dia taat beribadah," terangnya. 

Dia juga memastikan, bila terbukti ada kekerasan, maka dia menjamin hal itu tidak akan terulang kembali.

Pihaknya akan melakukan evaluasi secara menyeluruh dari segi sarana dan prasarana. Termasuk, sistem pendidikan dan pengajaran di dalam kelembagaan. 

"Pengawasan yang kami lakukan. Kami sudah menempatkan SDM. Kami sudah memasang CCTV. Tidak hanya itu, kami juga memberikan Pembekalan-pembekalan agama. Karena ada Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Kami punya pendamping pendampingan untuk memberikan pembekalan agar hatinya ini tersentuh," tambahnya. 

"Karena kembali lagi ini dari hati, kami sudah menyiapkan sarana dan prasarana untuk pengawasan tapi kalau hatinya ini tidak tersebut, akan ada muncul lagi," pungkasnya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(tribunmataraman.com/ Luhur Pambudi)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved