Berita Terbaru Kabupaten Nganjuk

Harun Aktivis Lingkungan Asal Tulungagung Hadirkan Warkop Edukasi Ramah Lingkungan Tanpa Plastik

Aktivis Lingkungan Tulungagung Ini Hadirkan Warung Kopi Dengan Konsep Ramah Lingkungan, Menolak Saset dan Air Minum Dalam Kemasan

Penulis: David Yohanes | Editor: faridmukarrom
David Yohanes/Tribun Mataraman
GELAS KAYU - Harun (55), aktivis lingkungan senior dari Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menunjukkan gelas kayu untuk menyajikan minuman di Warung Kopi Taman Puring miliknya. Mengusung konsep ramah lingkungan, Harun menolak menjual segala jenis produk dalam saset dan air minum dalam kemasan. (Tribunmataraman.com / David Yohanes) 

TRIBUNMATARAMAN.COM | TULUNGAGUNG - Harun (55), seorang aktivis lingkungan senior asal Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, menghadirkan ide unik melalui Warung Kopi (Warkop) Edukasi Taman Puring.

Tempat sederhana ini bukan sekadar warkop biasa, melainkan ruang belajar terbuka tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Mengusung konsep ramah lingkungan, Warkop Taman Puring menolak menjual makanan dan minuman dalam kemasan saset.

Bahkan, pengunjung tidak akan menemukan air minum dalam botol plastik.

Baca juga: Bupati Nganjuk Kang Marhaen Apresiasi Kepedulian SMPN 3 Terhadap Pengendalian Inflasi

“Kalau ke sini, bawa tumbler sendiri, ambil air minum gratis. Kami berusaha agar hanya menghasilkan sampah organik,” ujar Harun, yang dikenal luas di kalangan aktivis lingkungan nasional.

Selama bertahun-tahun, Harun aktif memantau kualitas air sungai di Tulungagung, membersihkan sungai dan pantai, serta melakukan audit terhadap produk-produk yang mencemari perairan.

Dari pengalamannya, ia menemukan bahwa sampah saset menjadi pencemar paling dominan.

Karena itu, Harun menolak keras penggunaan produk sekali pakai berbahan plastik. “Sebisa mungkin tidak ada sampah plastik. Ampas kopi pun kami kumpulkan agar bisa dimanfaatkan kembali,” tambahnya.

Berada di Dusun Srigading, Desa Plosokandang, warkop ini dibangun di atas lahan pribadi Harun seluas 3.000 meter persegi.

Untuk menegaskan konsep ramah lingkungan, semua peralatan saji terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu, dan kaca.

Sedotan pun diganti dengan stainless steel atau bambu agar bisa digunakan berulang kali.

Produk-produk berbahan kayu dan bambu itu ia beli langsung dari perajin lokal sebagai bentuk dukungan bagi pelaku UMKM.

“Kalau gelas kaca masih ada, karena tidak sekali pakai,” tuturnya.

Dalam hal menu, Harun memilih sajian yang sehat sekaligus ramah lingkungan. Ia menghindari daging ayam potong karena dinilai kurang sehat, sementara ayam kampung dianggap terlalu mahal.

Sebagai gantinya, ia menyajikan tahu, tempe, ikan laut, nasi gegok, dan nasi bakar berbungkus daun.

Lebih dari sekadar tempat ngopi, Warkop Taman Puring juga berfungsi sebagai pusat edukasi dan diskusi lingkungan.

Lokasinya yang dekat dengan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah membuat banyak mahasiswa dan aktivis datang untuk berdiskusi, bahkan hingga larut malam.

“Banyak mahasiswa dan aktivis yang berdiskusi di sini, bahkan ada yang sampai menginap,” ujar ayah empat anak ini sambil tersenyum.

Selain mengelola warkop, Harun juga aktif membuat pembibitan pohon untuk kegiatan penghijauan.

Ratusan bibit berbagai jenis pohon telah ia siapkan dan bagikan secara gratis. 

“Saya tidak menjual bibit. Kalau ada yang mau menanam untuk penghijauan, silakan ambil di sini,” ujarnya.

Harun pun tengah menyiapkan area khusus untuk edukasi jenis-jenis pohon di sekitar warkop. Namun, rencana ini sementara tertunda karena keterbatasan biaya.

“Warkop ini baru berjalan lima bulan. Saya terus berusaha mengembangkannya agar bisa menjadi tempat belajar dan diskusi tentang lingkungan hidup,” pungkasnya

(David Yohanes/Tribunmataraman.com)

Editor: Farid Mukarrom

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved