Krisis Air Bersih Trenggalek

Warga Desa Prambon Trenggalek Ungkap Kondisi Kesehatan, Puluhan Tahun Pakai Air Sumur Keruh

Harapan warga Dusun Krajan, Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, yang puluhan Tahun alami krisis air bersih

Penulis: Sofyan Arif Chandra | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/Sofyan Arif Candra
Warga Dusun Krajan, Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menunjukkan air keruh dari sumurnya, Sabtu (18/10/2025). Warga berharap ada solusi untuk mengatasi krisis air bersih tersebut. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | TRENGGALEK - Puluhan Kepala Keluarga (KK) di Dusun Krajan, Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, mengalami krisis air bersih.

Krisis air bersih tersebut terjadi lantaran sumber air dari sumur di permukiman warga berwarna keruh dan berbau layaknya logam berkarat.

Kondisi itu terjadi sejak puluhan tahun lalu. Ketua RT 16 Dusun Krajan, Desa Prambon, Wahyu menuturkan sejak ia lahir kondisi sumber air di lingkungannya sudah sedemikian rupa.

Air tersebut digunakan baik untuk mencuci, mandi, bahkan untuk konsumsi.

"Kalau untuk konsumsi, untuk masak ataupun minum harus didiamkan 1 - 2 hari dulu. Nanti bagian atasnya jernih, yang jernih itu diambil lalu dimasak," kata Wahyu.

Sedangkan untuk mencuci dan mandi, warga sudah terbiasa menggunakan air tersebut. Mereka tak punya pilihan lain karena kondisi di sumur tetangga pun juga keruh.

Wahyu mengaku tak punya keluhan kesehatan apapun akibat mengonsumsi air tersebut, pun keluarganya yang juga sehat - sehat saja.

"Hanya saja kalau untuk cuci baju, warnanya menjadi rusak, apalagi yang warna putih lama-lama jadi kecoklatan semua," lanjutnya.

Wahyu sendiri tidak mengetahui penyebab pasti mengapa air di lingkungannya keruh, walaupun memang di desanya banyak tambang galian C.

Baca juga: Dana TKD di Tulungagung Bertambah Rp 132 Miliar, Namun Anggaran Berikut Berkurang dan Dihapus

Pemerintah sendiri sudah berkali-kali mengambil sampel air dari sumur warga namun hasilnya tidak pernah ditunjukkan ke masyarakat.

Wahyu tak mempermasalahkan jika hasil laboratorium tidak ditunjukkan, asalkan pemerintah bisa memberikan solusi terhadap krisis air bersih tersebut.

"Kalau musim kering, air di sumur kami yang kering, tapi kalau musim hujan airnya keruh, jadi sulit untuk mendapatkan air bersih," tegasnya.

Selama ini pemerintah hanya membantu tandon untuk tempat sementara pengiriman bantuan air bersih.

Bantuan tersebut menurutnya hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan masalah.

"Maksud kami kalau bisa ya berkelanjutan, apakah dibuatkan sumur bor atau pipanisasi PDAM bisa sampai ke permukiman warga," harap Wahyu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved