Wisata di Kediri
Menguak Misteri Moksa Prabu Jayabaya di Kediri, Jejak Spiritual yang Melegenda
Terkenal sebagai kota industri dan perdagangan, Kabupaten Kediri ternyata juga menyimpan kisah legendaris yang mengakar kuat dalam budaya Jawa
Penulis: Luthfi Husnika | Editor: Sri Wahyuni
TRIBUNMATARAMAN.COM I KEDIRI - Terkenal sebagai kota industri dan perdagangan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ternyata juga menyimpan kisah legendaris yang mengakar kuat dalam budaya Jawa.
Salah satunya adalah 'Petilasan Pamuksan Sri Aji Jayabaya', tempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Prabu Jayabaya, raja bijaksana dari Kerajaan Kediri.
Nama Sri Aji Jayabaya mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun 'Jayabaya' dikenal luas melalui Jangka Jayabaya - ramalan terkenal yang dipercaya meramalkan berbagai peristiwa besar di Nusantara, mulai dari masa penjajahan hingga datangnya kemerdekaan.
Kebijaksanaan dan pandangan spiritualnya membuat Jayabaya dihormati bukan hanya sebagai raja, tetapi juga sebagai sosok suci dan bijak.
Ramalan Jayabaya beredar dalam berbagai versi. Namun beberapa di antaranya begitu populer karena dianggap berkaitan langsung dengan perjalanan bangsa Indonesia.
Jayabaya meramalkan bahwa tanah Jawa akan dikuasai oleh 'bangsa kulit putih' dan 'bangsa berkulit kuning'. Ramalan ini kerap dikaitkan dengan masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang pada abad ke-20.
Jayabaya juga menggambarkan masa kelam ketika rakyat hidup dalam kesengsaraan dan ketidakadilan. Salah satu kalimat terkenalnya menyebar luas.
'Akan datang zaman edan, wong bener kalah karo wong licik, wong cilik nggeragas, wong gedhe nggege mangsa'. Artinya, 'Akan tiba masa kacau di mana orang jujur kalah oleh yang licik, rakyat kecil menderita, sedangkan penguasa hidup berlebihan'.
Ramalan tentang datangnya masa keemasan juga kerap dikaitkan dengan kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Jayabaya disebut pernah berkata: 'Sawijining dina bakal ana ratu sing adil lan welas asih, kang marakake kamulyan'. Artinya, 'Suatu hari akan datang pemimpin yang adil dan bijaksana yang membawa kemakmuran'.
Baca juga: LIVE di RCTI! Jadwal Timnas Indonesia vs Arab Saudi Kualifikasi Piala Dunia 2026 Malam Ini
Petilasan Pamuksan: Jejak Moksa Sang Raja
Petilasan Pamuksan Sri Aji Jayabaya dipercaya sebagai tempat di mana sang raja mencapai 'moksa' atau keadaan ketika seseorang lenyap tanpa meninggalkan jasad, menuju kesempurnaan spiritual.
Di area petilasan terdapat tiga prasasti penting: Loka Mahkota, tempat Jayabaya melepas mahkotanya; Loka Busana, tempat ia meninggalkan pakaian kebesaran; dan Loka Moksa, yang diyakini sebagai titik terakhir sebelum ia mencapai keabadian.
Meski belum ada bukti arkeologis yang pasti, keyakinan masyarakat terhadap kisah ini begitu kuat. Hingga kini, Petilasan Jayabaya tetap menjadi ruang spiritual bagi peziarah dari berbagai daerah.
"Kalau saya ke sini, rasanya adem, tenang sekali. Ada aura berbeda dari tempat lain," tutur Sulastri (45), peziarah asal Nganjuk, Rabu (8/10/2025).
Tradisi 1 Suro: Mistis, Spiritual, dan Penuh Makna
Setiap tanggal 1 Suro, kawasan petilasan ramai dipadati ratusan peziarah dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mereka datang untuk melakukan prosesi 'napak tilas' dan berziarah sebagai bentuk penghormatan kepada Jayabaya.
"Kita sebagai anak-cucu Nusantara tidak boleh melupakan para leluhur yang sudah membangun dan menjaga tanah Jawa," ungkap Eko, warga Desa Menang, Kediri yang tak jauh dari lokasi petilasan.
Prosesi ziarah biasanya dilakukan dengan berjalan bersimpuh menuju tiga prasasti moksa.
Meski bagi orang luar tampak mistis, masyarakat setempat memaknainya sebagai bentuk 'andhap asor' atau kerendahan hati dan penghormatan pada leluhur, tanpa memandang agama maupun latar belakang.
Bagi sebagian orang, kisah Jayabaya mungkin hanya legenda. Namun bagi masyarakat Kediri, cerita ini adalah bagian dari identitas dan nilai spiritual yang diwariskan lintas generasi.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi, menegaskan pentingnya melestarikan situs tersebut.
"Petilasan Sri Aji Jayabaya adalah salah satu peninggalan budaya di Kediri yang harus dijaga. Ritual sesaji Sri Aji Jayabaya bahkan telah terdaftar sebagai kekayaan intelektual komunal di Kementerian Hukum dan HAM pada tahun 2021," jelasnya.
Kini, Petilasan Pamuksan Sri Aji Jayabaya bukan sekadar situs sejarah, melainkan simbol keterhubungan antara masa lalu dan masa kini, tempat di mana legenda, spiritualitas, dan budaya Jawa berpadu dalam keheningan yang sakral.
(Luthfi Husnika/TribunMataraman.com)
Editor : Sri Wahyunik
Wisata di Kediri
Petilasan Pamuksan Sri Aji Jayabaya
Prabu Jayabaya
Wisata Sejarah
Ramalan Jayabaya
Kabupaten Kediri
tribunmataraman.com
Meaningful
Sri Aji Jayabaya
Travel
kisah legendaris
budaya Jawa
Daftar Lengkap Nama 17 Jenazah Terbaru yang Sudah Teridentifikasi Korban Ponpes Ambruk Sidoarjo |
![]() |
---|
Mengenal Lora Ubaidillah, Santri Korban yang Tewas Saat Salat Asar Ponpes Ambruk di Sidoarjo |
![]() |
---|
LIVE di RCTI! Jadwal Timnas Indonesia vs Arab Saudi Kualifikasi Piala Dunia 2026 Malam Ini |
![]() |
---|
LIVE Gratis RCTI! Cara Nonton Live Streaming Timnas Indonesia vs Arab Saudi Kualifikasi Pildun |
![]() |
---|
ITS Kembangkan Sistem Pakan Peternakan Unggas Cerdas untuk Ketahanan Pangan dan Adaptasi Iklim |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.