TRIBUNMATARAMAN.COM I TULUNGAGUNG - Harga beras di Kabupaten Tulungagung merangkak naik di angka Rp 14.000 sampai Rp 14.500 per kilogram.
Beras menjadi salah satu komoditi yang memicu inflasi selain cabai.
Kenaikan ini diduga, salah satunya karena pemerintah sedang memerangi praktik curang beras oplosan.
Pabrik produsen beras ada yang menarik produk sehingga pasokan beras di pasaran berkurang.
Kepala Cabang Bulog Tulungagung, Yonas Haryadi Kurniawan, kenaikan harga beras bukan semata-mata dampak penertiban beras oplosan.
“Bukan sekedar masalah pasokan dan distribusi. Tapi sekarang sudah masuk masa tanam kedua (MT2),” jelas Yonas, Rabu (13/8/2025).
Lanjutnya, MT2 atau sering disebut gadu akan panen di Bulan Agustus dan September mendatang.
Karena produksi panen gadu ini tidak sebanyak panen raya MT1, harganya relatif lebih mahal.
Sebelumnya Bulog telah menyalurkan beras Bantuan Pangan bulan Juni dan Juli 2025 ke keluarga miskin.
Baca juga: Viral Pencurian Motor Mahasiswa KKN, Bupati Lumajang Ajak Warga Aktifkan Siskamling
Sedangkan untuk menjaga harga beras tetap terjangkau, Bulog massif menjual beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Beras program pemerintah ini dipatok dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500 per kilogram.
Bulog juga dibantu Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Kodim 0807/Tulungagung, serta Polres Tulungagung untuk penyaluran beras SPHP.
“Instansi-instansi itu pasti jualnya di bawah HET. Tujuannya untuk mengintervensi kenaikan harga beras ini,” tegas Yonas.
Dalam satu hari 19 Polsek di bawah Polres Tulungagung bisa menyalurkan 2 ton beras.
Jumlah ini belum termasuk Koramil di bawah Kodim Tulungagung, dinas terkait dan penjualan di bawah Bulog sendiri.