TRIBUNMATARAMAn.COM | TRENGGALEK - Berkembangnya isu Bahan Bakar Minyak (BBM) oplosan atau blending jenis Pertamax di tengah masyarakat berdampak pada penjualan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Trenggalek.
Salah satu yang terkena imbasnya adalah SPBU Terminal Surodakan, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Kelurahan Surodakan, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek.
Kepala SPBU Terminal Surodakan, Kurnia Tri Baskoro Edi mengungkapkan penjualan BBM jenis Pertamax turun pasca isu itu mencuat.
"Setelah isu itu ramai, selama dua hari terjadi penurunan konsumsi Pertamax," kata Edi, sapaan akrabnya, Selasa (4/3/2025).
Baca juga: Cara Nonton Live Streaming Real Madrid vs Atletico Madrid Live Moji TV GRATIS
Penurunannya cukup signifikan, yaitu lebih dari 50 persen. Jika biasanya SPBU Terminal Surodakan bisa menjual BBM Pertamax 4,2 sampai 4,5 ton perhari atau 4.200 hingga 4.500 liter perhari, setelah terjadi isu tersebut turun menjadi 2,2-2,4 ton per hari.
Hal tersebut diiringi peningkatan konsumsi BBM jenis Pertalite walaupun tidak signifikan. Dalam dua hari tersebut.
"Penjualan Pertalite kita rata-rata 11-12 ton per hari, saat Pertamax itu turun memang ada peningkatan sekitar 500-600 liter, atau sekitar sekitar 0,5 ton jadi tidak signifikan," kata Edi.
Edi menuturkan SPBU Terminal Surodakan hanya mempunyai 1 dispenser dan 2 nosel BBM jenis Pertalite, untuk itu lah penjualannya tidak bisa masif.
"Selama dua hari tersebut antreannya sangat panjang. Hal tersebut mungkin yang menyebabkan konsumen kembali lagi ke Pertamax," ucapnya.
Hal tersebut ditandai pada hari ketiga penjualan Pertamax kembali normal dengan konsumsi mencapai 3,5 - 4 ton per hari.
Edi memastikan, pihak manajemen selalu melakukan pemeriksaan Quality dan Quantity (QnQ) pada setiap BBM yang datang.
Namun metode QnQ yang digunakan sebatas memeriksa suhu untuk mengetahui penyusutan serta densitas BBM untuk membedakan karakteristik BBM yang dikirim. Sedangkan untuk memeriksa Research Octane Number (RON) bukanlah ranah dari SPBU.
"Tidak bisa, pengecekan itu (RON) ada alat tersendiri. Jadi SPBU QnQ antara suhu, densitu, kalau RON itu beda. Kita tidak punya alat untuk mengecek itu, kita hanya memesan kepada pertamina, H-1, hari ini kita pesan plus pembayaran, H+1 pengiriman," jelasnya.
Di sisi lain, Edi memastikan proses distribusi BBM Pertamax maupun Pertalite tidak mengalami kendala dan masih berjalan dengan lancar.
"Masih stabil, rata-rata kita memiliki 10 ton cadangan di SPBU," pungkasnya.