Masih menurut Anshori, dikhawatirkan mereka datang sendiri-sendiri tanpa mengenakan atribut.
Namun sesampai di lokasi acara mereka bertemu dengan sesama anggota satu perguruan yang sama.
Saat selesai acara, mereka berpotensi melakukan konvoi dalam perjalanan menuju Tulungagung.
Meski mereka berlaku tertib, namun ada potensi kerawanan sepanjang perjalanan dari anggota perguruan silat lain.
“Berkaca dari kejadian sebelumnya, sering konvoi anggota perguruan pencak silat diserang oleh pihak lain. Akhirnya terjadi pengerahan massa,” ujar Anshori.
Kekerasan dengan latar belakang perguruan pencak silat semakin sering terjadi di wilayah Kabupaten Tulungagung.
Kejadian paling sering adalah penyerangan seseorang yang mengenakan atribut perguruan pencak silat, yang dilakukan anggota perguruan pencak silat lain.
Ada juga konvoi dari suatu acara kumpul-kumpul, lalu menyerang ke daerah yang dianggap basis perguruan pencak silat lain.
Seluruh pimpinan perguruan pencak silat di Tulungagung sebenarnya bersatu dan rukun.
Namun di tingkat akar rumput masih sering terjadi gesekan hingga eskalasi massa.
Terakhir 10 pimpinan perguruan pencak silat sepakat untuk mengeluarkan anggota yang terlibat kerusuhan.
Selain itu mereka juga sepakat membubarkan komunitas yang tumbuh di dalam perguruan.
Sebab komunitas ini yang dinilai sering memicu gesekan dengan anggota perguruan silat lain.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman
(David Yohanes /tribunmataraman.com)