TRIBUNMATARAMAN.COM | TULUNGAGUNG - Sejumlah warga binaan Lapas Kelas IIB Tulungagung ikut ambil bagian dalam program produktif berupa pembuatan matras sapi raksasa berbahan sabut kelapa.
Matras berukuran 3 x 3,5 meter dengan ketebalan 20–30 cm ini difungsikan sebagai alas dalam proses inseminasi buatan atau kawin suntik sapi.
Kepala Lapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, mengatakan bahwa setiap bulan pihaknya menyuplai 6–7 unit matras ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang.
“Untuk wilayah Jawa Timur, hanya Lapas Tulungagung yang memproduksi alas inseminasi sapi,” jelasnya.
Baca juga: 32 Warga Binaan Lapas Tulungagung Bebas Usai Terima Remisi 17 Agustus
Proses produksi melibatkan 10 warga binaan yang telah mendapat pelatihan dari pihak eksternal.
Sabut kelapa sebagai bahan baku didatangkan dari Tulungagung dan Blitar.
Mulai dari pengolahan hingga perangkaian dilakukan langsung oleh para napi.
Namun, keterbatasan ruang kerja membuat produksi hanya bisa dilakukan terbatas.
“Dalam sekali proses hanya bisa membuat dua matras, karena area workshop harus berbagi dengan kegiatan lain,” tambah Ma’ruf.
Satu unit matras sapi dijual dengan harga Rp 1,3 juta.
Dari hasil penjualan, sebagian digunakan untuk biaya produksi, sementara sisanya dibagikan kepada warga binaan dalam bentuk uang premi sebesar Rp 300 ribu–Rp 500 ribu per orang.
Dana itu masuk ke rekening masing-masing sebagai tabungan yang bisa digunakan setelah bebas, atau sewaktu-waktu dicairkan jika ada kebutuhan keluarga.
Sistem pembayaran sengaja dibuat cashless untuk menjaga transparansi.
Menurut Ma’ruf, produk berbahan limbah sabut kelapa ini tak hanya punya nilai ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan karena mengurangi ketergantungan pada bahan sintetis.
“Produk kami sudah diakui kualitasnya. Lebih dari sekadar inovasi, ini bentuk pemberdayaan ekonomi bagi warga binaan sekaligus pemanfaatan limbah organik yang bernilai,” pungkasnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman
(tribunmataraman.com)