TRIBUNMATARAMAN.COM - Nama Desa Ringinpitu di Kecamatan Kedungwaru, kabupaten Tulungagung diduga lahir karena terinspirasi oleh Raja Airlangga dari Kahuripan.
Sesuai prasasti Kamalagyan bertarikh 1037, Airlangga menguatkan tanggul di wilayah Sidoarjo.
Nama bendungan itu adalah Waringin Sapta. Waringin berarti beringin, sapta berarti tujuh.
"Jadi itu bukan pembangunan tanggul baru. Tapi penguatan tanggul lama, karena berkali-kali jebol," terang Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM) kelahiran Tulungagung, Dwi Cahyono.
Dwi menduga, beringin digunakan untuk menguatkan tanggul.
Setelah dilakukan penimbunan, lalu ditanami beringin agar akarnya membalut timbunan baru.
Keberhasilan Airlangga membangun Waringin Sapta ini yang diduga menginspirasi daerah-daerah lain.
Secara khusus wilayah Sungai Brantas Tulungagung yang saat ini di sekitar Pulotondo.
Di lokasi ini aliran Sungai Brantas terus berpindah-pindah, dan mengancam persawahan warga.
Di lokasi ini lalu dibangun tanggul untuk mencegah aliran brantas pindah, masuk ke persawahan atau permukiman.
"Karena terinspirasi Waringin Sapta yang dibuat Airlangga, maka dinamakan Ringin Pitu (tujuh beringin)," sambung Dwi.
Masih menurut Dwi, Desa Ringinpitu menjadi bagian peradaban lembah Sungai Brantas, yang dalam nama kuno disebut Sigarada.
Wilayah ini mendapat pengaruh sangat kuat dariĀ Gunung Kelut.
Aliran Brantas kerap membawa pasir lahar dingin dari Kelut, hingga jejaknya masih bisa dilihat di kawasan persawahan.
"Ada dua kelokan tajam Sungai Brantas, yaitu di sekitar Pulotondo dan di daerah Kucen Karangrejo. Karena itu keberadaan tanggul sangat penting, karena sungainya terus bergerak," papar Dwi.