"Ada yang sudah keluar gedung. Ada yang masih di situ dan akhirnya terjadi konflik itu," ungkap Anshori.
Ia menegaskan, pengamanan dilakukan karena ada potensi konflik yang lebih besar.
Karena saat itu ada ribuan massa yang siap menyerang balik.
Mereka adalah massa pro Muspimnas, lalu ada massa dari gabungan UKM pencak silat dan warga dari luar kampus.
"Mereka tidak terima Kampus UIN Satu yang jadi kebanggaan Tulungagung dibuat rusuh. Kami mengamankan bentrok kedua kubu," tutur Anshori.
Akibat kerusuhan Minggu malam, kaca-kaca gedung Saifuddin Zuhri banyak yang pecah.
Kayu dan batu masih berserakan di dalam dan luar gedung.
Pihak kampus mengunci gedung ini sehingga tidak ada yang bisa masuk.
Hanya sejumlah anggota Satreskrim Polres Tulungagung yang diizinkan mengumpulkan barang bukti.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer