TRIBUNMATARAMAN.COM - Puluhan sukarelawan asal Surabaya ikut bergabung dalam pencarian Raffi Dimas Baddar, mahasiswa yang hilang di bukit Krapyak, desa Padusan, kecamatan Pacet, kabupaten Mojokerto.
Sukarelawan itu tergabung dalam potensi relawan SAR Surabaya dan sejumlah Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) se-Surabaya.
Rencananya, mereka akan melakukan pencarian mandiri selama tujuh hari yang dimulai pada Minggu 25 September hingga 2 Oktober 2022.
Komandan Tim Basarnas Surabaya, Octavino menjelaskan pencarian secara sekurela ini merupakan inisiatif dari relawan SAR dan Mapala di Surabaya.
Baca juga: Basarnas Hentikan Pencarian Mahasiswa Hilang di Bukit Krapyak, Keluarga Lakukan Pencarian Mandiri
"Jadi bukan operasi SAR resmi dari Basarnas namun pencarian sukarela dilakukan relawan bersama mahasiswa pecinta alam dari sejumlah kampus se-Surabaya selama tujuh hari," jelasnya saat dikonfirmasi melalui seluler, Jumat (23/9).
Sebelumnya, perwakilan himpunan relawan SAR Surabaya dan Mapala mendatangi Basarnas Surabaya untuk ikut dalam pencarian mandiri di Bukit Krapyak.
"Ada 30 orang dari relawan dan pecinta alam di Surabaya yang nantinya ikut bergabung dalam pencarian mandiri. Mereka sudah mempunyai basic navigasi darat, kompas, peta, GPS dan stamina prima karena itu syarat utama untuk melakukan pencarian," ucap Vino.
Ia mengatakan Basarnas Surabaya akan memberikan akomodasi berupa kendaraan dan alat-alat navigasi darat, peta serta GPS.
"Kita siapkan akomodasi kendaraan truk untuk mengantar relawan dari Surabaya menuju Bukit Krapyak via Grenjengan, Padusan pada Minggu besok," ungkapnya.
Baca juga: Belum Ditemukan, Pencarian Mahasiswa Hilang di Bukit Krapyak Dihentikan
Nantinya, mereka akan berkumpul dan berkoordinasi dengan relawan FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana) Mojokerto saat melakukan pencarian di Bukit Krapyak.
"Pencarian nanti menyesuaikan kemampuan para relawan selama tujuh hari jika hasilnya nihil kita lihat evaluasi dulu untuk langkah selanjutnya," terangnya.
Asper Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Pacet dan Pengelolaan Hutan (KPH) Pasuruan, Margono mengatakan pihaknya telah mengetahui terkait rencana relawan dan Mapala asal Surabaya yang bergabung dalam misi kemanusiaan tersebut.
"Ada yang hubungi saya via WA Dudik SAR Surabaya detail rencanya katanya cuma tujuh orang namun tidak tahu kalulau ada perubahan dan kami sarankan buat izin tertulis ke kantor KPH," ujarnya.
Menurut dia, pencarian mandiri yang dilakukan pihak keluarga didampingi Perhutani, Polhut dan relawan serta warga Padusan belum membuahkan hasil.
Hingga kini korban yang merupakan mahasiswa semester III Fakultas Teknik Mesin Universitas Wijaya Putra hampir dua pekan hilang di Bukit Krapyak belum ditemukan.