Pesona Mataraman

Kisah Etik, Pengusaha UMKM Brownies Kering Cemokot, Dapat Berkah saat Pandemi

Penulis: Aflahul Abidin
Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Supriati alias Etik memegang hasil produknya brownies kering Cemokot, bersama produk-produk UMKM lokal Trenggalek lain.

Ia juga mulai mengembangkan varian produk dari satu menjadi tiga. 

“Saya bikin varian kelor dan red velvet. Ketika saya tunjukkan ke pelanggan-pelanggan, responsnya bagus,” terang Etik.

Soal pemasaran, Etik saat ini masih bekerja secara konvensional. Mayoritas produknya dijual secara offline. Mengandalkan reseller yang berada di banyak daerah, mulai dari Kediri, Blitar, Malang, Surabaya, dan daerah-daerah lain.

Ke depan, Etik ingin juga mengembangkan pasarnya di dunia maya. Kesibukan dalam produksi membuat Etik kini masih kesulitan merambah pasar daring (dalam jaringan) itu.

“Rencananya saya ingin lebih luas lagi untuk pemasarannya. Untuk pasar online, mungkin saya bisa pakai bantuan admin untuk memasarkan. Jika hasilnya bagus dan produksi meningkat, bisa mulai menambah tenaga lewat para tetangga sekitar,” kata Etik, yang ketika proses proses produksinya masih dibantu keluarga terdekat.

Dari produk UMKM ini, Etik mengaku meraup berkah lumayan ketika pandemi memukul banyak sektor ekonomi. Bahkan, penghasilannya dari berwirausaha melebihi hasil yang ia dapat ketika berdagang di kantin sekolah.

“Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga masih ada sisa untuk menabung,” kata Etik. (fla)