Putra Daerah

Sosok Kamilah Sa'diyah, 'Balas Dendam' Dengan Cara Menjadi Wisudawati Terbaik di Unair

Menjadi wisudawati terbaik adalah cara terbaik Kamilah Sa'diyah untuk 'Balas Dendam' dan membuktikan diri pada orang yang pernah meremehkannya

Editor: eben haezer
ist/dok. unair
WISUDAWATI TERBAIK - Kamilah Sa'diyah saat berbicara di podium ketika dikukuhkan menjadi wisudawati terbaik Unair periode April 2025 

TRIBUNMATARAMAN.COM | SURABAYA - Inilah kisah Kamilah Sa’diyah, mahasiswi Universitas Airlangga (Unair) yang berhasil memperoleh predikat wisudawan terbaik di wisuda periode ke-251, pada Sabtu, 26 April 2025 lalu.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2021 ini berhasil menyelesaikan studinya dengan IPK nyaris sempurna, 3,92.

Dengan IPK yang nyaris sempurna itu, kemampuan akademiknya tidak perlu diragukan lagi. 

Baca juga: Sosok Elang Satria Rajendra Dewanto dan Perjalanannya Raih Prestasi Basket Hingga ke Amrik

Selain unggul di bidang akademik, perempuan yang akrab disapa Kamilah itu juga aktif berorganisasi.

Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Biro Advokesma dan Ketua Klub Jurnalistik Ilmu Komunikasi atau Koma.

Saat menjabat sebagai ketua klub, Kamilah melakukan rebranding dengan mengubah citra Koma yang dulunya cenderung tertutup dan didominasi oleh mahasiswi, menjadi komunitas yang lebih inklusif, terbuka, dan menyenangkan.

Berkat upaya tersebut, Koma berhasil menarik banyak mahasiswa untuk bergabung. 

Mahasiswa asal Mojokerto tersebut pun telah menjadi asisten penelitian dosen sejak semester 5.

Kepercayaan para dosen membuat Kamilah terlibat dalam penelitian soal human trafficking di Singkawang, Kalimantan Barat.

Selain itu, ia juga terlibat dalam projek bernama FactMater, sebuah laman cek fakta yang dikembangkan oleh mahasiswa pasca sarjana Unair.

Project ini membawanya mengikuti Asian Network of News & Information Educators (ANNIE) Lab School Net Conference 2024, yang digelar di Van Lang University, Ho Chi Minh, Vietnam.

Berawal dari Tidak Diterima SD Dekat Rumah

Namun, di balik pencapaian gemilang yang diraihnya semasa kuliah, perjalanan Kamilah ternyata tidak selalu mulus. 

Perjalanan menuju podium tempat ia menyampaikan pidato sebagai wisudawan terbaik, justru bermula dari pengalaman yang dialaminya di masa kecil.

Masa kecil Kamilah ia habiskan dengan kegiatan yang ia sukai.

Sang ibu tak pernah memaksanya untuk mengikuti berbagai kursus seperti sempoa dan calistung (baca tulis dan berhitung) layaknya kebanyakan anak kecil di lingkungannya.  

Namun, ia tak pernah menyangka. Hal tersebut justru menjadi awal dari pengalaman pahit yang membekas dalam ingatan masa kecilnya.

Pengalaman pahit itu adalah ketika ia gagal masuk ke salah satu SD favorit di dekat rumahnya.

Kejadian ini membuatnya menjadi bahan gosip di lingkungan tempat tinggalnya.

Banyak yang menganggap Kamilah kurang pintar. 

Ini karena saat kecil, ia tidak mengikuti kursus dan lebih banyak dibiarkan bermain daripada belajar.

Padahal di balik kegagalannya tersebut, terungkap bahwa proses penerimaan siswa di SD itu tidak sepenuhnya adil.

“Rumornya di SD itu sistemnya ‘jual beli bangku’ gitu.” ungkap Kamilah.

Praktik ini membuat anak-anak ‘jujur’ seperti Kamilah tersingkir. Bukan karena kurang pintar, melainkan karena tak punya akses ‘khusus’.

Alhasil, ketika hasil seleksi keluar dan pendaftaran di sekolah-sekolah lain sudah ditutup, Kamilah tidak punya banyak pilihan. 

Ia akhirnya terpaksa bersekolah di SD yang ‘tak punya nama’.

Meski begitu, kepala sekolah SD tersebut justru sangat suportif.

Melihat potensi besar dalam diri Kamilah, sang kepala sekolah kerap mengikutsertakannya dalam berbagai perlombaan. Rupanya ini membuka jalan bagi Kamilah untuk terus berkembang.

Didukung penuh oleh sang ibu yang selalu percaya pada kemampuannya, Kamilah mulai belajar arti perjuangan dari nol. 

Ia sadar bahwa meraih juara bukan hanya soal kemampuan, tetapi juga soal tekad dan kerja keras. Apalagi ketika datang dari sekolah yang ‘tak punya nama’.

Di sanalah karakter Kamilah mulai ditempa. 

Mulai dari manajemen waktu, tanggung jawab, kepemimpinan, konsistensi, totalitas, hingga kedisiplinan. 

Pengalamannya di masa SD itulah yang membentuk karakter sekaligus pola pikir Kamilah.

Kamilah menjadi terbiasa menyusun rencana untuk menyelesaikan semua tugasnya dengan totalitas.

Mimpi Menjadi Akademisi 

Meskipun melakukan segala hal dengan totalitas, Kamilah tidak pernah berambisi untuk selalu menjadi yang nomor satu.

Kamilah hanya memiliki tekad kuat untuk menjalani setiap pilihannya dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab.

“Motivasiku aku harus bisa jadi yang terbaik dan maksimal dari apa yang aku pilih. Itu aku terapin dari SD sampai kuliah.” terang perempuan 22 tahun ini.

Salah satu pilihan yang ia ambil setelah lulus adalah ingin menjadi seorang dosen.

Baginya menjadi akademisi bukan hanya sekedar profesi. Tetapi upayanya untuk memberikan dampak kepada orang lain dengan cara berbagi ilmu yang ia miliki.

“Menurutku sebaik-baiknya manusia tetap paling baik adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain.” ujarnya.

Semangat itulah yang kemudian mendorong lahirnya @thecommates. 

Sebuah platform yang menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan pengalaman dan ilmunya kepada sesama.

Platform itu juga menjadi langkah awal Kamilah dalam mewujudkan keinginannya untuk berbagi dan bermanfaat bagi banyak orang.

Adapun sebelum benar-benar melangkah menjadi seorang akademisi, Kamilah ingin memberi ruang bagi dirinya untuk mengeksplorasi banyak hal terlebih dahulu. 

Dalam waktu dekat, ia berencana melanjutkan studinya ke luar negeri dan mencari pengalaman baru di luar dunia akademik. 

Hal itu ia lakukan sebagai bentuk pengembangan diri dan memperkaya perspektif sebelum akhirnya kembali ke ruang kelas sebagai pengajar.

Tantangan Berbeda

Setelah melewati berbagai pengalaman, jatuh bangun, hingga akhirnya berdiri di podium sebagai wisudawan terbaik, Kamilah menyadari dua hal.

Satu. Perjalanan hidup setiap orang tidaklah sama. Masing-masing mempunyai tantangannya masing-masing.

Hal itulah yang juga ingin Kamilah sampaikan kepada mahasiswa di luar sana.

“Untuk teman-teman, harus berjuang semaksimal mungkin untuk apapun yang kalian pilih. Nggak perlu membandingkan pencapaian kita dengan orang lain. Cukup fokus jadi versi terbaik dari diri sendiri, karena setiap orang punya jalan dan start yang berbeda.” pesan Kamilah.

Kedua. Kamilah juga sangat menyadari bahwa pencapaiannya selama ini bukan semata hasil jerih payahnya sendiri. 

Ada dukungan tiada henti dari keluarga, sahabat, serta para dosen yang selalu percaya pada dirinya.

“Bersyukur banget bisa sampai di titik ini, berdiri di podium dan bikin orang-orang bangga lewat speech yang aku bawain. Terima kasih untuk semua yang sudah support aku. Karena mereka, aku bisa buktiin ke orang-orang yang dulu pernah meremehkan, kalau aku juga bisa.” tutup Kamilah

(Alifya Dyara/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved