Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Mengenal Tradisi Methik Adat Desa Ngrendeng Tulungagung Penanda Dimulainya Masa Panen Padi

Mengenal Tradisi Methik Adat Desa Ngrendeng Tulungagung, yang menjadi tanda dimulainya panen.

Penulis: David Yohanes | Editor: faridmukarrom
David Yohanes/Tribun Mataraman
MEMILIH PADI - Tetua adat Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memilih padi yang menjuntai ke kanan untuk dijadikan kaki sedono, dan yang menjuntai ke kiri dijadikan nini sedono, Jumat (11/4/2025) di area persawahan setempat. Pemilihan padi laki-laki dan perempuan ini bagian tradisi Methik, yang menjadi tanda dimulainya panen. (Tribunmataraman.com / David Yohanes) 

Wilayah Desa Ngrendeng mempunyai wilayah persawahan seluas 58 hektar.

Rata-rata hasil pertanian di desa ini, setiap 100 ru lahan bisa menghasilkan 1 ton gabah.

Capaian ini selalu konsisten dari tahun ke tahun jika tidak ada gangguan alam maupun serangan hama.

"Tahun ini tidak ada serangan hama. Namun beberapa waktu lalu ada gangguan angin kencang," ungkap Nurjiman.

Akibat tiupan angin kencang di malam hari ini banyak padi yang ambruk.

Kondisi ini karena padi kondisinya bagus,  untaian padi berat sehingga lebih rapuh diterpa angin kencang.

Jika padinya sudah tua atau penuh, maka berisiko rusak, tumbuh karena terendam air.

Sementara jika padi yang ambruk masih muda, maka berisiko bulir padinya tidak bisa terisi maksimal.

"Yang rusak tidak banyak. Sisi positifnya, padi tumbuh dengan baik sebelum diterpa angin," tambah Nurjiman.

Selama ini Desa Ngrendeng bisa menghasilkan padi 3 kali dalam 1 tahun.

Sementara panen kali ini merupakan hasil masa tanam pertama tahun 2025.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(tribunmataraman.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved