Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Mengenal Tradisi Methik Adat Desa Ngrendeng Tulungagung Penanda Dimulainya Masa Panen Padi

Mengenal Tradisi Methik Adat Desa Ngrendeng Tulungagung, yang menjadi tanda dimulainya panen.

Penulis: David Yohanes | Editor: faridmukarrom
David Yohanes/Tribun Mataraman
MEMILIH PADI - Tetua adat Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memilih padi yang menjuntai ke kanan untuk dijadikan kaki sedono, dan yang menjuntai ke kiri dijadikan nini sedono, Jumat (11/4/2025) di area persawahan setempat. Pemilihan padi laki-laki dan perempuan ini bagian tradisi Methik, yang menjadi tanda dimulainya panen. (Tribunmataraman.com / David Yohanes) 

TRIBUNMATARAMAN.COM | TULUNGAGUNG - Masyarakat Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung menggelar tradisi methik kaki sedono dan nini sedono, Jumat (11/4/2025).

Upacara adat ini merupakan penanda dimulainya masa panen padi di sawah desa mereka.

Iring-iringan penari jaranan Jawa membuka iring-iringan upacara adat ini.

Tetua adat masuk ke salah satu petak sawah, kemudian membakar jerami yang diberi kemenyan.

Tetua adat kemudian membacakan doa sebelum memetik untaian padi menggunakan alat tradisional ketam atau pugut.

Baca juga: Nekat! Curi Motor Pencari Rumput di Perkebunan Blitar, 2 Residivis Dibekuk Polisi

Ada jenis padi yang dipilih, yaitu yang menjuntai ke kanan dan yang menjuntai ke kiri.

Padi yang menjuntai ke kanan dikumpulkan menjadi kaki sedono atau laki-laki, sementara yang menjuntai ke kiri menjadi ini sedono atau perempuan.

Dedaunan nini sedono juga dikelabang layaknya rambut perempuan.

Ikatan padi laki-laki dan perempuan ini lalu dimasukkan ke dalam rinjing.

Menurut Kepala Desa Ngarendeng, Nurjiman, upacara adat ini bentuk ucapan syukur sebelum melakukan panen padi.

"Makna filosofinya ini adalah merupakan bentuk syukur pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan penyatuan hubungan manusia dengan alam," ucap Nurjiman.

Lanjutnya, dari tradisi ini warga Desa Ngarendeng menjaga tradisi leluhur.

Selain itu juga mengingatkan dan mengenalkan kepada generasi muda dan petani muda.

Menurutnya, dengan ucapan syukur ini diharapkan ke depan penghasilan para petani akan meningkat.

"Kita bersyukur sehingga ke depan akan ditingkatkan oleh Tuhan Yang Maha Esa penghasilan para petani kita," tegasnya.

Wilayah Desa Ngrendeng mempunyai wilayah persawahan seluas 58 hektar.

Rata-rata hasil pertanian di desa ini, setiap 100 ru lahan bisa menghasilkan 1 ton gabah.

Capaian ini selalu konsisten dari tahun ke tahun jika tidak ada gangguan alam maupun serangan hama.

"Tahun ini tidak ada serangan hama. Namun beberapa waktu lalu ada gangguan angin kencang," ungkap Nurjiman.

Akibat tiupan angin kencang di malam hari ini banyak padi yang ambruk.

Kondisi ini karena padi kondisinya bagus,  untaian padi berat sehingga lebih rapuh diterpa angin kencang.

Jika padinya sudah tua atau penuh, maka berisiko rusak, tumbuh karena terendam air.

Sementara jika padi yang ambruk masih muda, maka berisiko bulir padinya tidak bisa terisi maksimal.

"Yang rusak tidak banyak. Sisi positifnya, padi tumbuh dengan baik sebelum diterpa angin," tambah Nurjiman.

Selama ini Desa Ngrendeng bisa menghasilkan padi 3 kali dalam 1 tahun.

Sementara panen kali ini merupakan hasil masa tanam pertama tahun 2025.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(tribunmataraman.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved