Pil Pahit Efisiensi Anggaran

Industri Perhotelan Mulai Merasakan Dampak Dari Kebijakan Efisiensi Anggaran

Bisnis perhotelan di Kota Malang mulai merasakan dampak dari kebijakan efisiensi anggaran.  Tingkat okupansi turun drastis

Penulis: Benni Indo | Editor: eben haezer
benni indo
OKUPANSI TURUN - Pelaksanaan rapat yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Malang di sebuah hotel para pertengahan 2024 lalu. Saat ini, pemerintah telah mengurangi jumlah rapat di hotel setelah keluar kebijakan efisiensi. Kondisi ini membuat bisnis perhotelah di Kota Malang lesu. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | MALANG - Bisnis perhotelan di Kota Malang mulai merasakan dampak dari kebijakan efisiensi anggaran. 

Setidaknya ini dikatakan oleh GM Hotel Alana, Sistho A Sreshtho. 

Dia mengatakan. okupansi hotelnya saat ini turun hingga hampir menyentuh 50 persen. 

Baca juga: Daya Beli Menurun, Jumlah Wisatawan Selecta Kota Batu Turun Drastis di Libur Lebaran Tahun ini

Menurutnya, ini adalah kondisi yang sulit, bahkan hampir mirip seperti saat pandemi Covid-19. 

Sistho mengatakan, turunnya okupansi itu tidak hanya terjadi di Alana Kota Malang, tetapi juga di Alana provinsi lain seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta.

Menurutnya, turunnya okupansi ini merupakan dampak dari efisiensi yang diterapkan oleh pemerintah.

"Kami hampir 50 persen turunnya. Jabar dan Jateng, okupansinya turun 20 persen. Kalau biasanya okupansi bisa mencapai 90 persen, saat ini turun hingga sampai 50 persen," ujarnya, Senin (7/4/2025). 

Kemudian, menjelang Lebaran, bisnis perhotelan kembali memanen pengunjung.

Dikatakan Sistho, sejak H-2 Lebaran hingga H+3 Lebaran, okupansinya naik di atas 90 persen.

Hal serupa juga terjadi di beberapa tempat di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Sistho juga meyakini kalau hal serupa terjadi di Kota Malang.

Namun kondisi tersebut tidak berlangusung lama. Setelah Lebaran selesai, kondisi kembali turun. Kekhawatiran kembali datang karena melihat grafik kunjungan yang terus turun.

"Jadi, memang kemarin sebelum Lebaran, sepertinya semua hotel di Kota Malang, saya juga tanya di Jateng, Jabar, Yogyakarta, turunnya signifikan. Salah satu dampaknya efisiensi . Namun kami terobati H-2, hingga H+3, okupansi bisa di atas 90 persen. Saat ini sudah menunjukan grafik penurunan," katanya.

Berkaca pada tahun lalu, Sepekan setelah Lebaran hotel sudah ramai oleh acara rapat yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Pihak lain yang menyelenggarakan adalah perusahaan swasta. Namun saat ini, satu pun tidak ada acara di hotel Alana yang diselenggarakan oleh pemerintah.

"Kalau tahun lalu ada acara dari pemerintah atau korporat, saat ini kami belum mendapatkan. Ya semoga tidak seperti kemarin, Maret. Kami berharap itu saja," katanya. 

Dalam sekali menyelenggarakan rapat, pemerintah bisa mengeluarkan biaya antara puluhan hingga ratusan juga Rupiah. Dihadapkan kondisi sulit seperti saat ini, pihak Alana mencoba untuk mengurangi pengeluaran dengan cara seperti hemat energi, mengurangi porsi makanan, bahkan ada opsi terakhir yakni merumahkan karyawan.

"Ini momen yang tidak baik, seperti Covid. Semoga tidak separah Covid," harapnya.

Sebagai pelaku usaha, Sistho berharap kebijakan efisiensi dicabut atau direvisi. Ia meminta agar kebijakan itu diringankan, artinya, kegiatan di hotel bisa diselenggarakan dengan kuantitas yang lebih sedikit. Misal turun 50 persen.

Di tempat terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basuki mengatakan rata-rata okupansi per hari mencapai 80 persen selama libur Lebaran tahun ini. 

"Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujar Agoes. 

Ia menyampaikan  pengunjung atau tamu hotel yang menginap sebagian besar dari luar Kota Malang. Terbanyak datang dari kota kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan sejumlah kota dari Jabar dan Jawa Tengah lainnya. 

Ditambahkan Agoes, rata rata lama pengunjung menginap dua hari lamanya. Mereka bertujuan untuk wisata di seputar wilayah Malang Raya terutama ke kawasan Kota Batu.

“Rata-rata lama stay dua harian. Perkiraannya banyak stay sampai Tanggal 4 April. Ini kami pikir sangat baik karena warga ternyata mulai berwisata di momen H plus 2 Libur Lebaran,” papar Agoes.

Jumlah total kamar hotel yang ada di Kota Malang sebanyak 3.500 kamar lebih. Artinya 3 ribuan lebih kamar hotel di Kota Malang sudah terisi oleh tamu.

Kondisi memang menjadi lebih menantang setelah sepekan Lebaran. Perhotelan harus bisa menarik wisatawan datang ke tempatnya karena tidak bisa lagi mengandalkan kegiatan pertemuan oleh pemerintahan.

(Benni Indo/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved