Kuliner Kediri

Mengintip Produksi Permen Tradisional Satru Asem di Kediri yang Jadi Primadona Saat Lebaran

Satru asem adalah permen tradisional yang menjadi favorit saat Lebaran di Kabuppaten Kediri. Mari mengintip ke dapur produksinya

Penulis: Isya Anshori | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/isya anshori
SATRU ASEM - Usaha permen satru asem di sentra produksi rumahan berada di Jalan Argowayang gang 2 no. 19 Kelurahan Pare milik Ani Susilowati. Permen satru asem yang kini menjadi primadona saat bulan Ramadan dan menjelang Lebaran.  

TRIBUNMATARAMAN.COM | KEDIRI - Satru asem adalah permen tradisional yang menjadi favorit saat Lebaran di Kabuppaten Kediri.

Salah satu sentra produksi rumahan berada di Jalan Argowayang gang 2 no. 19 Kelurahan Pare milik Ani Susilowati. 

Perempuan yang akrab disapa Cik Lan ini telah bergelut di dunia usaha kuliner sejak 10 tahun silam.

Cik Lan telah menjajal dunia kuliner dengan membuat satru asem yang kini menjadi primadona saat bulan Ramadan dan menjelang Lebaran. 

Cik Lan, yang kini berusia 70 tahun, memulai perjalanan usahanya dari sebuah toko kelontong.

Berawal dari usaha toko kelontong, ia kemudian merambah ke dunia kuliner dengan menciptakan produk permen satru asem buatannya sendiri.

Berbekal dari ilmu otodidak, produk buatannya ternyata laku dan diminati banyak orang.

"Awalnya saat lebaran di sekitar rumah, saya melihat banyak jajanan keripik, nastar, stik, permen satru asem tidak ada, akhirnya saya coba buat," katanya saat ditemui di kediamannya, Senin (24/3/2025). 

Satru asem yang dibuat Cik Lan memiliki rasa yang unik dan segar, dengan varian rasa yang beragam, seperti strawberry, durian, melon, doger, dan rasa original yang khas.

Permen ini semakin digemari terutama saat Ramadan dan Lebaran, karena rasanya yang menyegarkan dan mudah didapatkan sebagai camilan khas Lebaran.

Setiap hari, Cik Lan dibantu oleh beberapa tetangga untuk memproduksi satru asem di gudang yang ia bangun khusus untuk keperluan produksi.

Proses pembuatannya memerlukan ketelitian dan keahlian. Bahan utamanya sangat sederhana yakni gula, jeruk nipis, sedikit sitrun dan air hangat. Semua bahan ini kemudian dicampur hingga menjadi adonan yang kalis, sebelum dicetak menggunakan cetakan dengan motif bunga yang cantik. 

"Setelah dicetak, permen ini dijemur di bawah terik matahari selama sekitar dua jam. Proses penjemuran ini penting untuk memadatkan tekstur permen, sehingga menghasilkan permen yang renyah dan mudah digigit," jelasnya. 

Namun, tantangan utama bagi Cik Lan dan timnya adalah cuaca. Saat musim hujan seperti sekarang, proses penjemuran jadi lebih lama dan tak menentu.

Untuk mengatasi hal ini, mereka juga membalik permen yang sedang dijemur, baik dari sisi atas maupun bawah, agar proses pemadatan tetap maksimal. 

"Cuaca menjadi tantangan terbesar kami, terutama saat musim hujan. Penjemuran jadi lebih lama, bahkan bisa dua sampai tiga kali lipat dari biasanya. Kami harus lebih sabar dan bekerja lebih keras," beber Cik Lan.

Selain mengandalkan proses yang telaten, Cik Lan juga memberdayakan warga sekitar untuk membantu proses produksi. Bahkan, satu di antara karyawan yang membantu adalah seorang difabel. Cik Lan percaya bahwa usaha yang dijalani tidak hanya memberi manfaat bagi dirinya, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya.

Melalui usaha permen satru asem, ia memberikan lapangan pekerjaan yang bermanfaat bagi warga sekitar, termasuk bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik.

"Bagi saya, penting untuk melibatkan masyarakat sekitar, karena dengan usaha ini saya bisa memberi manfaat lebih banyak. Ada yang bekerja di sini meskipun dengan keterbatasan fisik. Saya senang bisa berbagi," ungkapnya.

Saat Ramadan dan menjelang Lebaran, permintaan satru asem meningkat pesat. Cik Lan mencatat bahwa omset penjualan selama bulan puasa dan Lebaran jauh lebih tinggi dibandingkan hari biasa. 

Pada hari biasa, mereka hanya mampu memproduksi sekitar satu kilogram adonan. Namun, saat ada pesanan khusus untuk Lebaran, produksi bisa mencapai dua hingga tiga kilogram dalam sehari, tergantung pada cuaca. 

Meskipun pesanan meningkat, cuaca hujan tetap menjadi kendala utama dalam proses produksi. Cik Lan dan timnya bekerja keras untuk memastikan bahwa kualitas permen tetap terjaga.

Kendati demikian, ia merasa optimis dan puas karena produk permen satru asem miliknya banyak diminati oleh masyarakat, baik dari Kediri maupun luar daerah.

"Sekarang tersedia di pusat oleh-oleh di wilayah Kediri," ujarnya. 

Seiring berkembangnya usaha, Cik Lan kini juga bekerja sama dengan beberapa teman dan toko oleh-oleh untuk memperluas pasar. 

"Pemasaran kami cukup terbatas karena cuaca, jadi kami hanya fokus di Kediri. Namun, tahun depan kami berharap bisa kembali memperluas pasar dan bekerja sama dengan lebih banyak pihak," kata Cik Lan.

Salah satu daya tarik dari permen satru asem ini adalah harga yang terjangkau. Untuk ukuran kecil 250 gram dalam toples, permen satru asem dijual seharga Rp 18.000, sementara untuk paket permen yang lebih kecil, harga per onsnya sekitar Rp 13.500. 

Meskipun harga cukup terjangkau, Cik Lan tetap menjaga kualitas bahan baku dan proses pembuatan agar tetap terjaga kelezatannya.

Cik Lan menyebut usaha permen satru asem ini bukan hanya membawa keuntungan bagi dia, tetapi juga membantu meningkatkan perekonomian lokal.

"Keberhasilan usaha ini tidak hanya milik saya, tetapi juga milik seluruh warga sekitar yang telah membantu. Ini adalah hasil kerja keras bersama," tandasnya.

(Isya Anshori/TribunMataraman.com)

editor: eben haezer

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved