Berita Terbaru Kabupaten Lamongan

Astantik Sujud Syukur Didatangi Khofifah di Kediamannya Usai Bercerita Soal Kesulitan Ekonomi

Astantik menangis haru saat ditengok Khofifah di kediamannya di Kawasan Paciran usai bercerita soal kondisi ekonominya.

Editor: eben haezer
ist
Astantik menangis haru saat ditengok Khofifah di kediamannya di Kawasan Paciran usai bercerita soal kondisi ekonominya. Astantik (57) tak kuasa menahan tangis saat Khofifah Indar Parawansa benar-benar menengok rumah tinggalnya di kawasan Paciran, Kamis (27/9/2024) sore. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | LAMONGAN - Astantik (57) tak kuasa menahan tangis saat Khofifah Indar Parawansa benar-benar menengok rumah tinggalnya di kawasan Paciran, Kamis (27/9/2024) sore. 

Setengah tak percaya, saat bertemu Khofifah, cagub Jatim nomor urut 2, di TPI Brondong Lamongan pagi harinya, Astantik spontan memeluk Khofifah dan menangis menceritakan kondisinya yang dihimpit kesulitan ekonomi. 

Saat di TPI Brondong, Astantik meminta pada Khofifah agar dibantu. Sehari-hari ia hanya mengandalkan belas kasih para pekerja pemilah ikan. Ikan yang ia peroleh kemudian dijual atau dikonsumsi sendiri. 

Untuk menghidupi ketiga anaknya, ia juga kerja serabutan. Apa saja ia lakukan untuk bisa membuat dapur tetap mengepul.

“Saya tak menyangka ibu Khofifah benar-benar menaruh perhatian pada saya. Saat ketemu di TPI, saya meminta dibantu, ternyata beliau benar-benar menindaklanjuti bahkan menengok gubuk reyot ini,” kata Astantik.

Astantik tinggal di sebuah petak rumah yang dindingnya hanya berasal dari sesek dan triplek. Atap gentengnya tidak sepenuhnya menutup, tetapi ditambal dengan karung plastik. Kondisinya pun tak layak dari segi sanitasi.

Terlebih di gubuk tersebut Astantik juga tinggal bersama tiga orang anak dan cucu, dua di antaranya masih bayi.

Saat Khofifah meninjau rumah tersebut, Astantik mengatakan bahwa rumah itu bukan miliknya sendiri. Ia menyewa pada pemilih lahan dengan harga Rp500 ribu per tahun. 

“Kondisinya ya seperti ini seadanya. Atapnya ada yang lubang biasanya ditutup plastik ya saya tutup plastik. Yang penting saat hujan tidak kehujanan,” ujarnya. 

Melihat kondisi Astantik yang harus banting tulang untuk menghidupi keluarga, membuat Khofifah prihatin. Menurut Khofifah, kondisi Astantik seharusnya bisa masuk dalam penerima program bedah rumah. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena lahannya bukan milik pribadi.

Kondisi rumah tinggalnya harus disentuh bantuan terutama untuk menjaga agar hunian itu tetap layak ditinggali. Baik dari segi kebersihan, sanitasi, dan juga bangunannya juga harus aman. Terlebih ada dua bayi di sana yang salah satunya bahkan baru berusia satu bulan. 

“Kita mencari solusi, kalau bedah rumah dengan APBD, salah satu syaratnya harus lahan sendiri. Kalau non APBD bisa jadi memungkinkan, misalnya dari Baznas,” kata Khofifah.

“Jadi misalnya nanti ada perjanjian yang dibuat dengan pemilik lahan untuk sewa lima tahun. Lalu, diperbaiki, misalnya atapnya, sanitasinya, sirkulasi udaranya, supaya tetap mendapatkan tempat tinggal yang layak,” ujarnya.

Sebab saat ini Astantik diketahui sudah mendapatkan bantuan mulai dari PKH, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar. Namun, belum tersentuh bantuan bedah rumah karena terkendala masalah lahan.

“Yang penting kesehatannya dijaga. Yang punya bayi, anaknya disehatkan, diberi nutrisi asi yang cukup. Supaya tumbuh kembangnya terjaga,” ujar Khofifah.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved