Pilkada Kabupaten Kediri 2024: Mas Dhito Berpeluang Lawan Bumbung Kosong Lagi

TRIBUNMATARAMAN.COM  - Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana akan kembali diusung oleh PDI Perjuangan dalam Pilkada Kabupaten Kediri 2024.

Sementara hingga saat ini partai politik (parpol) lain masih belum mengumumkan nama bakal calon Bupati Kediri yang akan diusung.

Melihat potensi yang dimiliki oleh Mas Dhito, sapaan akrab Bupati Kediri saat ini, pengamat politik memprediksi kader PDI Perjuangan tersebut kemungkinan bisa saja kembali melawan bumbung kosong.

Pengamat Politik dan Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Johan Wahyudi menilai, pencalonan Mas Dhito di periode kedua menjadi wujud keberhasilan partai berlambang banteng moncong tersebut dalam mencetak kaderisasi partai.

Pasalnya, hal itu diperkuat adanya hasil survei Indikator Politik bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Mas Dhito selama tiga tahun menjabat mencapai 88 persen. Di mana, survei menggunakan metode multistage random sampling dengan toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 3,5 persen.

Capaian 88 persen tersebut di antaranya menunjukkan 20,2 persen masyarakat Kabupaten Kediri sangat puas dengan kinerja Bupati Dhito. Sementara angka 67,8 persen lainnya menilai cukup puas. Sisanya, 3,7 persen kurang puas, 0,1 persen tidak puas sama sekali, dan 8,1 persen tidak tahu atau tidak jawab.

"Mas Dhito menunjukkan kinerjanya dan sudah berinvestasi menjabat sekitar 3 tahun. Sedikit banyak approval rate itu akan menjadi cerminan terhadap siapa yang berkuasa," kata Johan, Sabtu (27/4/2024).

Dengan tingkat kepuasan publik terhadap Mas Dhito selama kepemimpinan di Kabupaten Kediri, Johan mengatakan, tentunya partai politik akan melakukan penghitungan ulang untuk mempertimbangkan secara realistis. Terutama dari segi elektabilitas, eksistensi, dan peluang kader untuk memenangkan kontestasi di Pilkada mendatang.

Oleh karena itu, Johan menyebut, tak menutup kemungkinan bahwa Mas Dhito akan kembali melawan bumbung kosong dalam perebutan kursi kepala daerah.

Serupa dengan Pilkada sebelumnya di Kabupaten Kediri saat bupati berusia 31 tahun itu menjadi calon tunggal. Selain tingkat kepuasan publik yang tinggi, prediksi juga muncul terkait kecenderungan masyarakat untuk menentukan pilihan terhadap figur yang telah berakar.

"Kalau sebelumnya sudah melawan bumbung kosong, kemudian sekarang diperkuat approval rate yang sangat tinggi 88 persen, kemungkinan akan terulang lagi. Tapi ini perlu digaris bawahi, perlu dikasih catatan," tegas Johan.

Meski masih sebatas prediksi awal menjelang Pilkada, lanjut Johan, pihaknya menuturkan hal itu memiliki catatan yang harus di bawahi. Melihat satu sisi, artinya Kabupaten Kediri memiliki sosok pemimpin yang mampu dipercaya oleh masyarakat. Terlebih pembangunan infrastruktur dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang kini masih terus berkembang.

Di sisi lain, apabila bupati yang masih menjabat tersebut kembali melawan bumbung kosong, artinya situasi tersebut menunjukkan kemerosotan pola kaderisasi partai politik yang lain. Lantaran gagal menghadirkan figur publik yang merepresentasikan aspirasi masyarakat.

"Namun saya kira partai politik punya mekanisme untuk menjaring dan mententukan calon. Tapi akan kembali lagi diukur, seberapa jauh elektabilitas (calon) di publik," terangnya.

Pun demikian, pesta demokrasi lima tahunan antara Pemilihan Presiden (Pilpres) dengan Pilkada tersebut tentu memiliki porsi dan pemetaan politik yang berbeda. Sehingga membuat partai politik beserta koalisinya mempunyai peluang yang masih terbuka.