Kecurangan Pemilu di Sampang
Caleg Perempuan di Sampang Merasa Dicurangi, Tak Dapat Suara Sama Sekali di TPS Tempatnya Mencoblos
Caleg muda di Sampang Madura merasa dicurangi karena di TPS tempatnya mencoblos bersama keluarga, sama sekali tak mendapatkan suara
TRIBUNMATARAMAN.COM - Ayunda Ratna Amelia (25) caleg muda dari Kabupaten Sampang, Madura, protes karena di TPS tempatnya bersama keluarga mencoblos, tak mendapatkan suara sama sekali.
Protes Ayunda juga terekam dalam video yang belakangan jadi viral.
Berdasarkan video yang beredar, Caleg yang diusung dari Partai PKB tersebut melakukan protes terhadap penyelenggara saat penghitungan di tingkat Kecamatan.
Tindakan Perempuan berkerudung dan menggunakan kacamata itu bukan tanpa alasan, di mana suaranya di TPS 06, Desa Banyuates, tempat keluarganya mencoblos tiba-tiba kosong.
Dengan begitu, ia mempertanyakan kondisi tersebut, bahkan saking geramnya Ayunda menunjuk-nunjuk penyelenggara sembari berdialog protes.
"Kalau tidak sesuai dengan data C1 dengan hasil kotak suara itu, saya siap dihukum," kata Ayunda Ratna Amelia di video.
Saat dikonfirmasi, Ayunda Ratna Amelia menceritakan jika dirinya sudah merasakan adanya kejanggalan saat mencoba memantau penghitungan suara di tingkat Kecamatan Banyuates.
"Saat itu Ayu tidak diperbolehkan masuk karena tidak adanya surat mandat, padahal saya berangkat dari Calon Legislatif," ujarnya, Senin (26/2/2024).
Namun, dirinya memilih tetap berada di lokasi rekapitulasi suara dan terus memantau jalannya penghitungan melalui monitor.
"Okelah suara ayu di Desa lain hilang tidak masalah, tapi yang saya permasalahkan, TPS keluarga Ayu sendiri mencoblos malah tidak ada satupun suara. Tidak mungkin keluarga Ayu memilih orang lain," terangnya.
Parahnya, suara yang dihilangkan merupakan milik Ayu sendiri, sedangkan suara Caleg lainnya masih ada.
"Saya di situ heran, makanya saya protes, langsung marah-marah. Kan tidak masuk akal," katanya.
Lebih lanjut, bersama rekan-rekannya, Ayu telah berniat melaporkan dugaan kecurangan tersebut. Tidak hanya di tingkat kabupaten, bahkan ke pusat.
"Sambung doanya, saat ini kita proses laporan ke MK," katanya.
Dirinya mengaku akan tetap ngotot melapor karena ingin berjuang untuk menegakkan keadilan di atas kebenaran.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.