Masifnya Pemasangan Baliho PSI Bergambar Kaesang di Tulungagung, Jarak 1 Km Ada 4 Baliho

TRIBUNMATARAMAN.COM - Baliho Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bergambar Kaesang Pangarep, bertebaran di wilayah Kabupaten Tulungagung.

Baliho ini mudah dikenali karena memampang wajah Kaesang Pangarep, sang Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) PSI.

Putra bungsu Presiden Joko Widodo ini membentuk tanda hati di atas kepala dengan kedua tangannya, di atasnya tertulis, “Politik Riang Gembira”.

Baca juga: Kaesang Dijadwalkan Hadiri Kopdarwil PSI Jawa Timur Pekan ini

Berbeda dengan partai politik lain yang banyak memasang gambar calon legislatif, bukan gambar ketua umumnya.

Sebagai gambaran, di jalan antara Desa Kendalbulur-Desa Bono, Kecamatan Boyolangu sepanjang 2 kilometer, ada 6 baliho bergambar Kaesang.

Bahkan ada dua baliho terpasang berdekatan, hanya berjarak sekitar 50 meter saja.

Demikian juga dari simpang empat Pasar Burung Beji sampai ke Universitas Tulungagung di Jalan Ki Mangunsarkoro, dengan jarak kurang dari 1 km, ada sekitar 4 baliho.

Banyaknya baliho Kaesang ini berbanding terbalik dengan baliho milik Caleg dari PSI.

Sebelumnya dari 6 daerah pemilihan (Dapil), PSI hanya mengusung satu calon di setiap Dapil, atau 6 Caleg di seluruh Kabupaten Tulungagung.

Sebelum masa pencermatan Daftar Caleg Tetap (DCT), seluruh Caleg PSI adalah laki-laki.

Namun baliho dengan gambar Caleg PSI di Kabupaten Tulungagung sulit ditemukan.

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Tulungagung, Samsudin, mengaku baliho-baliho Kaesang dikirim dari DPP.

Selain itu ada tim sendiri yang memasang baliho ini, sehingga DPD tidak tahu detailnya.

“Dari pusat, DPD tidak ngerti. Tahu-tahu sudah terpasang, memang dari pusat,” ujar Samsudin saat dihubungi lewat telepon.

Namun saat ditanya apakah pemasangan baliho Kaesang bagian dari strategi pemenangan PSI, Samsudin mengaku tidak bisa menjawab.

“Saya tidak bisa menjawab itu, karena itu sudah dari pusat,” katanya.  

(David Yohanes/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer