Milad Ke 2 Tribun Mataraman
Lingkungan Hidup dan Budaya, Ujung Tombak Gus Ipin Jadikan Trenggalek Episentrum Ekonomi Jawa Timur
Lingkungan Hidup dan Budaya, Ujung Tombak Gus Ipin Jadikan Kabupaten Trenggalek Episentrum Ekonomi Jawa Timur
Penulis: Sofyan Arif Chandra | Editor: Rendy Nicko
TRIBUNMATARAMAN.COM, TRENGGALEK - Dalam rangka Milad Ke 2 TribunMataraman.com, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengunjungi Kantor Tribun Jatim Network, di Jalan Rungkut Industri III, Surabaya, Senin (18/9/2023).
Gus Ipin, sapaan akrab Mochamad Nur Arifin disambut oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, dan jajaran redaksi Tribun Jatim Network.
Dalam kesempatan itu, Gus Ipin juga menjadi narasumber Talkshow dalam rangka HUT TribunMataraman.com dengan tema: Mataraman, Episentrum Baru Ekonomi Jawa Timur.
Berdiskusi dengan Febby Mahendra Putra, serta Anggota DPRD Jatim Dapil 7, Erma Susanti, Gus Ipin optimis Mataraman terutama Trenggalek akan menjadi pusat perekonomian di Jawa Timur.
Di Trenggalek politisi PDI Perjuangan tersebut telah mendorong lahirnya wirausaha - wirausaha baru untuk menyerap potensi tenaga kerja yang ada.
"Saya tidak memandang Trenggalek itu jadi kota dengan manufaktur besar melimpah, tapi tenaga kerja harus diserap di sektor mikro kecil dan menengah. Pelakunya dan skala bisnisnya memang kecil dan menengah tapi tidak dengan omzetnya, karena sudah ada digitalisasi, market place dan lain sebagainya," kata Gus Ipin.
Dalam mewujudkannya, Gus Ipin mengharuskan ekonomi kreatif di Trenggalek bergerak dengan memperhatikan dua hal yaitu lingkungan hidup dan budaya.
Gus Ipin menjabarkan sebaran hutan dan mangrove paling banyak di Jawa Timur berada di kawasan selatan.
"Kalau diminta tumbuh seperti Pantura bisa saja, tapi disaster costnya (biaya penanggulangan bencananya) lebih besar. Ada pabrikan besar, atau tambang, mungkin sehari dua hari kita rasakan manfaatnya tapi sisanya menderita," tegasnya.
Begitu juga dari sisi budaya, Gus Ipin tidak ingin Trenggalek mengejar ketertinggalan untuk mewujudkan gemerlap layaknya kota metropolitan.
Karena jika hal tersebut dilakukan, maka Trenggalek akan terus menjadi pengikut kota yang sudah lebih dulu tumbuh.
"Tapi kalau bisa merawat budaya, orang di kota mau cari kampung adat, kesenian, ritual masyarakat akan melihat ke selatan," jelas suami Novita Hardini ini.
Langkah tersebut dipastikan Mas Ipin akan menggerakkan ekonomi lokal dan memberdayakan masyarakat di desa-desa.
Hal tersebut dibuktikan, dengan raihan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selama dua tahun berturut-turut yaitu untuk Desa Wisata Pandean, Kecamatan Dongko pada tahun 2022 dan Desa Wisata Durensari, Desa Sawahan, Kecamatan Watulimo pada tahun 2023.
Perputaran ekonomi di sektor pariwisata ini diyakini Gus Ipin akan semakin kencang saat Bandara Dhoho Kediri rampung dibangun. Namun demikian Gus Ipin berharap jalur akses dari dan menuju bandara harus cepat.
"Untuk itu dalam PSN (Proyek Strategis Nasional) ada pembangunan jalan tol lingkar bandara sampai Trenggalek, Tulungagung. Dan penentuan lokasinya sudah, pengadaan tanahnya sedang proses, sedangkan pembangunannya dengan sistem KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha)," tambah lulusan Magister Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga, Surabaya ini.
Di pesisir selatan, Gus Ipin sendiri tengah berupaya untuk mendapatkan pendanaan dari pemerintah pusat untuk menyambungkan JLS (Jalur Lintas Selatan) atau Jalur Pansela (Pantai Selatan) dengan pelabuhan barang atau niaga di Kecamatan Watulimo agar kendaraan angkutan berat bisa masuk.
"Di selatan Jawa Timur pelabuhan paling besar salah satunya ya di Prigi, kita juga punya pelabuhan barang atau niaga. Kita upayakan untuk membuka akses mulai pelabuhan sampai pansela, karena kita punya rencana untuk ekspor produk durian," jelas Gus Ipin.
Pria kelahiran 7 April 1990 tersebut memang menekankan pentingnya green economies dengan mengoptimalkan bentang alam, produksi pertanian dan hasil bumi Trenggalek salah satunya keberadaan 650 hektar International Durio Foresty (IDF).
Tak hanya itu, warga Trenggalek juga telah berhasil menyulap bambu menjadi kerajinan tangan yang sudah diekspor ke Belanda dan Perancis mulai dari sedotan bambu, tumbler, hingga tas.
"Oleh karena itu penanaman bambu untuk raw material kita galakkan karena infrastruktur di destinasi wisata kita juga banyak yang dari bambu," jelas Gus Ipin.
Selain berorientasi pada ekspor, warga Trenggalek juga memenuhi permintaan lokal berupa besek ikan dari bambu yang mayoritas dikerjakan oleh ibu rumah tangga.
"Ini salah satu yang saya syukuri karena ibu-ibu tidak perlu berpisah jauh dari keluarga, naluri ibu untuk pengasuhan bisa dijalankan dengan baik, sambil menambah ekonomi keluarga," pungkasnya.
(Sofyan Arif Candra/ TribunMataraman.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.