Untuk mengantisipasi campak, lanjutnya, harus ada sinergitas antara Dinkes Bangkalan dan Provinsi Jawa Timur untuk melakukan vaksinasi. Seperti program vaksinasi campak yang sudah dilakukan di daerah Kabupaten Sumenep.
“Kebanyakan pasien belum diimunisasi campak saat berusia 9 bulan, mereka berasal dari rujukan puskesmas, ada yang langsung ke sini,” pungkasnya.
Baca juga: Pengamen Tenggelam di Sungai Jagir Surabaya Ditemukan, Kondisi Meninggal Dunia
Status Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah campak saat ini diberlakukan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur seiring 17 anak meninggal dunia.
16 korban anak di antarnya diketahui tidak pernah mendapatkan imunisasi dan satu orang anak belum mendapatkan imunisasi lengkap.
Hal ini berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep serta dipertegas kembali oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat melakukan kunjungan langsung ke RSUD dr H Mohammad Anwar Sumenep, Sabtu (23/8/2025).
“Dengan adanya kasus campak di kabupaten sebelah (Sumenep) yang sangat dahsyat, mudah-mudahan Bangkalan tidak terjadi seperti itu. Kami sudah menggelar rakor bersama 22 kapus dan ditindaklanjuti kepada tim imunisasi,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Bangkalan, Nur Chotibah ketika ditemui di Pendapa Agung Bangkalan.
Sampai saat ini, lanjutnya, untuk Bangkalan masih relatif aman. Meski demikian, pihak Dinkes Bangkalan tetap selalu melakukan edukasi dan sosialisasi. Bahkan akan membuat surat edaran melalui Bupati Bangkalan untuk disampaikan ke semua kalangan masyarakat untuk waspada kasus campak.
“Kami masih telusuri (17 pasien campak di RSUD Syamrabu), masih berkoordinasi dengan pihak rumah sakit. Apakah hasil laboratoriumnya positif?, kami menunggu itu dan nanti kami sampaikan,” jelas Nur Chotibah.
Ia menambahkan, ketika pada suatu desa atau kecamatan ada yang suspect campak, maka kepala puskesmas beserta tim berkoordinasi dengan dinkes dan langsung turun ke lapangan dengan membawa vaksin campak satu paket dengan vitamin.
“Kami sosialisasi juga dampak ketika tidak dilakukan imunisasi dan kami berikan layanan vaksin, itu langkah awal. Kami juga setiap 3 bulan sekali monev (monitoring dan evaluasi) terkait capaian dan cakupan imunisasi, mulai DPT, Polio, dan campak untuk dievaluasi. Namun karena sekarang boomin campak, jadi kami juga atensi dan dilaporkan ke Pak Bupati,” pungkas Nur Chotibah.
(Ahmad Faisol/TribunMataraman.com)
Editor : Sri Wahyunik